London (buseronline.com) – Melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka, Kemendikbudristek RI terus memprioritaskan pengembangan ekosistem riset di perguruan tinggi.
Hal tersebut terwujud dalam sejumlah terobosan dan program yang telah diluncurkan dalam tiga tahun terakhir, antara lain meliputi dana padanan untuk riset kolaborasi perguruan tinggi dengan industri, pelaksanaan projek riset di luar kampus, serta kesempatan bagi dosen untuk melakukan penelitian di perguruan tinggi lain.
Untuk mendukung lebih lanjut program-program tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) Kemendikbudristek pada Februari lalu meluncurkan Promoting Research and Innovation through Modern and Efficient Science and Technology Parks Project (PRIME STeP) 2023-2027.
PRIME STeP merupakan proyek pengembangan science techno park di empat Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) yaitu Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Indonesia.
Berkenaan dengan projek pengembangan science techno park yang tengah berjalan di Indonesia, Mendikbudristek RI Nadiem Makarim dalam kunjungan kerjanya ke Inggris melakukan visitasi ke Cambridge Science Park.
Cambridge Science Park merupakan science park yang tertua di London, pertama kali dikembangkan pada 1970 oleh Trinity College. Tempat tersebut menjadi rumah bagi ratusan institusi bisnis besar maupun start-up yang dikembangkan oleh sivitas akademika Universitas Cambridge.
Tiba di lokasi Cambridge Science Park, Mendikbudristek disambut oleh Jane Hutchins, Director of Operations and Communications Cambridge Science Park dan David Chaplin, General Manager Bio-Innovation Centre TusPark.
Pada sesi ramah tamah, Mendikbudristek menjelaskan terobosan Merdeka Belajar Kampus Merdeka kepada manajemen Cambridge Science Park.
“Di Indonesia, kami telah melakukan transformasi masif dalam sistem pendidikan tinggi. Pertama, mahasiswa Indonesia sekarang didorong untuk belajar di luar kampus selama maksimal 3 semester dengan jaminan SKS. Kedua, kami memberikan insentif kepada lebih dari 6 ribu praktisi untuk mengajar di kampus sebagai rekanan dosen. Ketiga, kerja sama antara industri dengan perguruan tinggi untuk melakukan riset bersama sekarang didukung oleh pemerintah dengan dana padanan. Dengan semua transformasi tersebut, kami ingin mendirikan techno park yang menjadi wadah riset kolaboratif,” kata Nadiem seperti dilansir dari kemdikbud.go.id.
Pada kesempatan yang sama, Jane Hutchin dan David Chaplin menjelaskan sejarah dan perjalanan perkembangan Cambridge Science Park sejak awal pendiriannya sampai hari ini.
Setelah menutup penjelasannya, Jane dan David mengajak Menteri Nadiem untuk mengunjungi tenant bisnis di Cambridge Science Park. Dalam visitasi tersebut, Mendikbudristek bertemu dengan direktur utama dua start-up rintisan yang mengedepankan proses bisnis yang hijau, berkelanjutan, dan etikal, yaitu Immaterial dan Xampla.
Immaterial berfokus pada pembuatan bahan baku dekarbonisasi nanomaterial yang mampu mengurangi biaya untuk memisahkan, menyimpan, dan memindahkan sumber daya gas.
Sementara itu, Xampla berfokus pada produksi bahan-bahan alami dan biodegradable sebagai pengganti plastik. Kedua start-up tersebut dikembangkan oleh sivitas akademika Universitas Cambridge dan melakukan semua aktivitas penelitian dan pengembangan sampai produksi di Cambridge Science Park.
“Menarik sekali bagaimana sivitas akademika di Universitas Cambridge memiliki otonomi dan keleluasaan dalam bekerja dan berkarya. Misalnya seorang dosen bisa tetap menjalankan tugasnya sebagai pengajar sembari melakukan penelitian dan mengembangkan startup di sini. Hal inilah yang akan kita dorong di Indonesia dengan Kampus Merdeka,” tukas Menteri Nadiem di sela-sela kunjungannya.
Setelah visitasi ke tenant dan laboratorium di Cambridge Science Park, Menteri Nadiem diantar menuju Trinity Center untuk menikmati kudapan dan melanjutkan diskusi dengan manajemen Cambridge Science Park.
Turut hadir dalam diskusi tersebut adalah para peneliti dan diaspora akademik Indonesia yang telah memberikan kontribusi keilmuan di berbagai bidang, mulai dari farmasi dan kesehatan, bioteknologi, teknik, dan lain-lain.
Menteri Nadiem memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mendengarkan pengalaman dari para akademisi diaspora Indonesia di Britania Raya dalam mengembangkan kajian risetnya masing-masing.
Dari mereka Mendikbudristek mempelajari pentingnya dukungan pemerintah dalam memajukan ekosistem riset di lingkungan perguruan tinggi dan besarnya peran sebuah techno park sebagai wadah lahirnya inovasi yang dihasilkan dari kolaborasi.
“Pengembangan techno science park di Indonesia menjadi salah satu tujuan utama yang ingin kami capai dengan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Indonesia memiliki potensi dan sumber daya yang luar biasa untuk riset, sehingga pembelajaran yang kami peroleh dari kunjungan ini akan mendukung upaya kami memperkuat ekosistem riset di Indonesia,” ujar Mendikbudristek menutup diskusi di Trinity Center sekaligus mengakhiri kunjungannya ke Cambridge Science Park.