Medan (buseronline.com) – Tim dosen Universitas Negeri Medan yang diketuai oleh Dr M Surip MSi melakukan pendampingan dan pelatihan digitalisasi karya sastra berupa puisi berbasis ekologi di komunitas pondok Belajar Arnila, Kampung Nelayan Seberang, Kota Medan, Jumat (26/5/2023).
Kegiatan tersebut merupakan salah satu program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di bawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Medan, kata Surip.
Pengabdian ini turut dihadiri oleh tim dosen yakni Muhammad Anggie J Daulay SS MHum, Dr Syairal Fahmy Dalimunthe MIKom didampingi juga oleh Kaprodi Sastra Indonesia Dr M Oky Fardian Gafari SSos MHum, serta Kepala Sanggar Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia M Hafidz Assalam SS MA.
Dr M Surip MSi mengatakan bahwa sastra di tengah gempuran era disrupsi digital harus tetap dipertahankan. Ia berharap agar eksistensi sastra di pondok Belajar Arnila Kampung Nelayan seberang bisa diwujudkan lewat diinisiasinya program pengabdian ini.
“Semoga kedatangan kami di sini dapat membantu adik-adik membuat puisi hingga dapat memaksimalkannya ke dalam suatu buku antologi dan media digital seperti blog. Kami akan memberikan pendampingan secara berkala sampai estimasi waktu yang telah ditentukan yakni empat pertemuan guna memantapkan luaran yang kita targetkan. Semoga dapat pula memberikan manfaat serta dapat mengangkat martabat desa Kampung Nelayan Seberang dalam menekuni bidang sastra dan kebudayaan.”
Pondok Belajar Arnila merupakan suatu wadah untuk anak-anak kampung Nelayan Seberang belajar, berdiskusi, bahkan memunculkan ide kreatifnya.
Pondok belajar ini didirikan oleh Arnila Melina, seorang dokter muda kelahiran 1995 yang berinisiatif mendirikan pondok belajar di wilayah Belawan dikarenakan masih banyak anak-anak di desa tersebut yang tidak mendapatkan pendidikan yang merata. Pondok Belajar Arnila berdiri pada 2015, memegang misi awal yakni berfokus pada memberantas buta huruf, menulis, dan berhitung.
Pada awalnya hanya Arnila sajalah yang menjadi tenaga pengajar sekaligus relawan, namun seiring bertambahnya waktu, kini Pondok Belajar Arnila sudah merekrut beberapa relawan untuk membantunya mengembangkan literasi di Kampung Nelayan Seberang.
Muhammad Anggie J Daulay selaku anggota tim pengabdian yang bertugas menyampaikan materi tentang puisi menuturkan bahwa puisi lebih dari curahan hati, “puisi adalah letupan jiwa, lebih jauh bisa kita maknai sebagai gejolak batin dari apa yang kita lihat, dengar, dan rasakan baik oleh diri sendiri maupun yang diamati dari orang lain. Apa saja bisa kita sajikan melalui puisi. Baik itu tentang cinta, kesedihan, kemiskinan, kritikan ataupun lingkungan yang ada di sekeliling kita. Momentum saat ini bisa kita manfaatkan untuk membuat suatu puisi berbasis ekologi yang merepresentasikan keadaan kita sekarang di Kampung Nelayan Seberang ini. Tapi adik-adik harus paham, bahwa puisi terikat oleh irama, rima, persajakan dalam susunan bait-bait, yang ingin dihasilkan adalah keindahan bahasa dalam puisi itu sendiri, berbeda dengan cerpen dan novel, yang bahasanya lebih bebas dan tidak terikat persajakan.”
Sementara itu Dr Syairal Fahmy Dalimunthe juga memberikan stimulus terkait ekologi kelautan yang dapat dimanfaatkan menjadi ide cemerlang dalam menentukan tema yang diangkat pada puisi, “ketika membuat puisi, kita juga berusaha agar gagasan atau ide tersampaikan ke orang lain. Kita dapat menyelipkan pesan lewat bahasa-bahasa yang indah dan figuratif. Kita bisa memperoleh semua itu dari lingkungan kita. Pondok Belajar ini terapung di atas laut. Nah, apa saja yang ada di laut itu? Tentu saja ikan, bakau, kegiatan nelayan, dan lain-lain. Kita bisa mengangkat hal-hal yang ada di dekat kita ke dalam sebuah maha karya berupa puisi, itu adalah cara yang cukup fantastis untuk membranding lingkungan di sekitar kita.”
Adanya program pendampingan dan pelatihan digitalisasi karya sastra berbasis ekologi ini disambut dengan baik oleh Sakila Lubis selaku pengelola Pondok Belajar Arnila. Ia berterimakasih kepada tim dosen dan jajaran mahasiswa yang terlibat karena telah bersedia menjadikan Pondok Belajar Arnila sebagai mitra. “Kami senang dengan hadirnya dosen dan mahasiswa. Sebab hal tersebut dapat membantu anak-anak di pondok belajar ini menyalurkan bakatnya di bidang kepenulisan. Semoga pendampingan yang diberikan dapat kami maksimalkan dengan baik,” ujar Sakila Lubis.