Tangerang (buseronline.com) – Siswa Indonesia kembali meraih prestasi membanggakan di ajang bergengsi tingkat internasional. Tim Indonesia yang terdiri dari lima siswa terbaik Indonesia berhasil menyabet satu medali perak, empat medali perunggu, dan dua penghargaan Best International Team yang setara medali emas pada ajang International Olympiad on Astronomy and Astrophysics (IOAA) ke-16 yang diselenggarakan secara luring pada tanggal 10-20 Agustus 2023 di Chorzow, Polandia.
Kelima siswa tersebut adalah Dzaky Rafiansyah dari SMA Semesta yang meraih medali perak dan Best International Team, Bryan Herdianto dari SMA Kanisius Jakarta yang meraih medali perunggu dan juga Best International Team. Kemudian, tiga medali perunggu lainnya diraih oleh Zahran Nizar Fadhlan dari SMAN 1 Padang, Ferdinand dari SMA 1 Kristen BPK Penabur Jakarta, dan Indra Rhamadan dari SMAN 1 Manggar, Kepulauan Bangka Belitung.
“Selamat dan sukses, lima siswa Indonesia telah memberikan kado spesial bagi HUT ke-78 RI dengan lima medali. Raihan ini merupakan pencapaian yang luar biasa. Mudah-mudahan mereka bisa meneruskan karirnya sebagai pembelajar dan bisa menemukan pilihan yang terbaik di masa depan sehingga menjadi champions di bidangnya,” kata Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Talenta Tatang Muttaqin saat menyambut kepulangan para siswa di Soekarno-Hatta International Airport, Tangerang.
Dalam kesempatan yang sama, Plt Kepala Pusat Prestasi Nasional Kemendikbudristek RI Hendarman mengapresiasi capaian prestasi lima siswa Indonesia pada ajang IOAA ke-16. “Keberhasilan mereka meraih satu perak, empat perunggu, dan dua Best International Team merupakan suatu kebanggaan untuk Indonesia. Ada siswa asal Kepulauan Bangka Belitung dan Padang yang meraih medali, ini luar biasa sekali dan menjadi suatu pembangkit untuk daerah lainnya,” ujar Hendarman.
Ia menyampaikan para siswa yang berprestasi ini sebagian besar sudah lulus SMA dan akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk itu, kata Hendarman, Kemendikbudristek akan mengapresiasi mereka dalam bentuk beasiswa salah satunya Beasiswa Indonesia Maju (BIM).
“Kita ketahui, dari lima siswa ini ada yang sudah menerima Beasiswa Indonesia Maju Luar Negeri, dan sebagian ada yang mau menempuh pendidikan tinggi di dalam negeri. Kita akan akan bantu mereka dengan BIM dalam negeri,” ucapnya.
Selama kompetisi di Polandia, Tim Indonesia didampingi dua team leader yaitu Hakim L Malasan dan M Ikbal Arifyanto dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Hakim menuturkan selama sepuluh hari di Polandia, dinamika kompetisi cukup tinggi sehingga selain diperlukan kecerdasan yang tinggi juga kondisi fisik yang harus baik.
“Begitu selesai acara pembukaan, mereka langsung berorientasi menggunakan teleskop yang di Indonesia tidak banyak digunakan. Kemudian dilanjutkan kompetisi-kompetisi. Belum lagi zona waktu di Polandia sangat berbeda dengan Indonesia, tapi alhamdulillah mereka bisa beradaptasi dengan perbedaan waktu,” jelasnya.
Ia mengatakan negara pesaing tim dari Indonesia cukup berat. Enam negara yaitu Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Jerman, dan Polandia menjadi pesaing bagi Indonesia karena memiliki tradisi pendidikan astronomi di SMA.
“Bersyukurnya, anak-anak kami bisa menyuguhkan capaian yang luar biasa, sehingga mereka mendapatkan applause dari seluruh peserta dengan raihan prestasinya, termasuk dua Best International Team yang setara dengan emas. Saya juga senang bisa melihat mereka bisa menyajikan kebudayaan Indonesia pada teman-temannya dan berinteraksi dengan yang lainnya,” lanjutnya.
Pada ajang IOAA ke-16 ini, lima siswa Indonesia bersaing dengan 250 peserta dari 52 negara. Selama kompetisi, seluruh peserta menempuh beberapa ronde yaitu Ronde Team Competition, Ronde Teori, Ronde Analisa Data, Ronde Observasi Lapangan, dan Ronde Observasi Planetarium. Pada Ronde Team Competition, dipilih dua tim terbaik di mana setiap timnya terdiri dari lima peserta yang berasal dari negara berbeda.
Dua penghargaan Best International Team diraih Tim Astrea yaitu Dzaky Rafiansyah dari Indonesia bersama empat peserta lainnya dari Negara Swedia, Pakistan, Armenia, dan Bulgaria. Satu tim terbaik lainnya diraih oleh Tim Victoria yaitu Bryan Herdianto dari Indonesia bersama empat peserta lainnya dari Negara Yunani, Brazil, China, dan Polandia.
Salah satu siswa peraih medali perak dan Best International Team Dzaky Rafiansyah bersyukur atas prestasi yang diraihnya. Bagi Dzaky, keikutsertaan pada kompetisi IOAA ini merupakan yang kedua kalinya. Sebelumnya, ia mengikuti kompetisi IOAA pada tahun 2022 secara daring dan bertempat di Bandung dengan raihan medali perak.
“Alhamdulillah saya tahun ini kembali mendapatkan medali perak, walaupun tujuan awalnya dapat medali emas, tapi ada tambahan sebagai Best International Team yang setara dengan emas,” ucap siswa yang akan melanjutkan pendidikan tinggi pada program studi Ilmu Komputer di Universitas Gadjah Mada.
Menurutnya, tingkatan soal pada kompetisi tahun ini lebih sulit khususnya pada ronde observasi. “Kendalanya, selain makanan Eropa yang tidak sesuai dengan lidah saya, juga tahun ini tingkatan soalnya lebih susah. Sehingga capaian saya maksimalnya di sini (perak),” ujar Dzaky yang bercita-cita menjadi seorang pengusaha.
Keikutsertaannya pada ajang IOAA ini, kata Dzaky, telah mengantarkan dirinya menjadi seorang pembelajar yang kerja keras, mandiri, ulet, kerja pintar, dan kerja cerdas. “Olimpiade ini sangat memberikan banyak pelajaran buat saya. Walaupun astronomi ini tidak berhubungan dengan cita-cita saya, tapi saya belajar tentang kerja keras, mandiri, ulet, kerja pintar, kerja cerdas dari olimpiade ini,” ujar anak dari seorang TNI Angkatan Udara.
Senada dengan Dzaky, Indra Rhamadan yang meraih medali perunggu juga mengungkapkan kebahagiaannya bisa membawa Bangka Belitung mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah internasional.
“Tentunya perasaan saya pada saat ini sangat-sangat senang banget. Tidak pernah terbayangkan, saya dari Belitung bisa mewakili Indonesia yang pada awalnya orang-orang tidak percaya, orang seperti saya bisa,” ungkap Rhama yang kini mau melanjutkan kuliahnya di Teknik Sipil Universitas Indonesia.
Menurutnya, fasilitas dan keadaan tidak menghalanginya untuk belajar selama ada niat dan tekad untuk meraih prestasi. “Fasilitas bukan alasan bagi saya untuk tidak bisa maju. Saya belajar dengan komunitas dari luar Jawa, sehingga bisa memotivasi saya untuk berprestasi,” ungkapnya.
Melalui Astronomi, Rhama mulai belajar tentang berpikir kritis karena berkaitan dengan Matematika dan Fisika sehingga menjadi bekal utama untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang insinyur. “Cita-cita saya tidak terlepas dari memakmurkan bangsa Indonesia. Ingin menjadi sumber daya manusia yang produktif, karena kita tahu Indonesia akan mendapat bonus demografi sehingga menjadi Indonesia Maju,” ungkapnya.
Peserta IOAA merupakan siswa SMA atau sederajat yang telah melalui seleksi berjenjang, yaitu olimpiade sains nasional tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional, serta telah mengikuti pembinaan serta seleksi pembinaan.
IOAA merupakan salah satu ajang kompetisi internasional bidang astronomi yang berdiri sejak tahun 2007 dan dilaksanakan setiap tahun sekali. IOAA bertujuan mempromosikan minat yang tumbuh dalam astronomi dan ilmu terkait, khususnya melalui pendidikan untuk generasi muda, dan meningkatkan pengembangan kontak internasional dalam mempromosikan astronomi dan astrofisika di sekolah-sekolah. (TR)