26 C
Medan
Jumat, November 22, 2024

Respon Destanul Aulia Terkait Program Wisata Medis Telah Berlangsung Setahun

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Medan (buseronline.com) – Program Medan Medical Tourism Board (MMTB) telah lebih dari satu tahun sejak dicanangkan di Kota Medan tepatnya ketika dilaunching pada Agustus tahun 2022 lalu. Ketua MMTB Destanul Aulia SKM MBA MEc PhD menyatakan, selama setahun lebih program wisata medis, progresnya terbilang cukup baik dari sisi usaha rumah sakit untuk mempromosikan layanan unggulannya.

“Artinya, dengan adanya MMTB ini telah mengatur aktivitas wisata medis, sehingga yang berhubungan dengan pemasaran itu meningkat,” katanya kepada wartawan.

Ia menjelaskan pada awal pembentukannya, pihaknya hanya berani tampil pada acara yang sifatnya sudah direncanakan seperti roadshow ke daerah. Hal ini, jelasnya untuk mempromosikan layanan unggulan rumah sakit layanan medis karena melihat banyak masyarakat Sumut yang tidak berobat ke Medan.

“Di tahun pertama kita mengidentifikasi kota-kota yang masyarakatnya banyak pergi berobat. Disitu kita ajak 12 rumah sakit untuk mempromosikan layanan unggulannya,” ujarnya.

Adapun rumah sakit yang mendapat SK dari Kemenkes untuk wisata medis ini, sebutnya ada tujuh rumah sakit yaitu RSU Royal Prima Medan, RSU Columbia Asia, RSU Murni Teguh Medan, RSU Siloam, RSUP H Adam Malik, RSUD Dr Pirngadi Medan dan RSU Putri Hijau.

Kemudian bertambah karena dilihat ada beberapa rumah sakit yang berpotensi menjadi rumah sakit wisata, namun terbentur dengan syarat Kemenkes terkait tipe, karena RS wisata medis ini harus tipe A dan tipe B.

“Jadi kita sudah melihat secara fisik sudah setara dengan standard, sehingga RS wisata medis menjadi bertambah saat ini menjadi 12,” terangnya.

Destanul mengaku, tujuan hadirnya wisata medis ini bagaimana agar masyarakat tidak berobat ke luar negeri dan mengajak masyarakat luar negri berobat disini belum tercapai. Namun dia mengakui hal itu belum tercapai.

“Saya pastikan belum, secara statistik itu tidak signifikan tetapi kita sudah memulainya karena di negara lain pun untuk membangun sebuah wisata medis itu perlu waktu,” sebutnya.

“Artinya harus meluncurkan banyak anggaran, kegiatan dan investasi serta juga merangkul semua orang untuk membangun medical tourism ini,” tambahnya.

Menurutnya, kenapa wisata medis tidak berjalan, karena adanya kekurangan dokter dokter spesialis. Untuk menghasilkan dokter ini membutuhkan waktu yang panjang dan sangat tergantung dengan universitas.

“Di Medan sendiri kondisinya kekurangan dokter jantung, bedah dan lainnya, sehingga para dokter berpraktek di tiga tempat. Padahal ini tidak profesional dalam wisata medis,” tuturnya.

Oleh karena itu, imbuh dia, inilah saatnya harus diperbaiki terutama mindset masyarakat untuk berobat di dalam negeri.

“Ini yang paling susah dan tantangan terbesar medical tourism. Kita juga harus memastikan bahwa rumah sakit kita setara pelayanannya dengan luar negeri,” tuturnya.

Selain itu, sambungnya, perangkat daerah, yakni Dinas Pariwisata dan Dinas Kesehatan juga harus memberi penekanan terhadap medical tourism ini.

Destanul mengatakan untuk mewujudkan ini, pemerintah harus menyiapkan anggaran dan jangan hanya tergantung dengan swasta begitu juga sebaliknya.

“Terus terang jika dibandingkan dengan negara lain, MMTB tidak menerima anggaran. Untuk itu kita tetap memastikan bahwa program ini ada meski kita lihat Dinas Kesehatan Medan belum bergerak,” tuturnya mengakhiri. (P3)

Berita Lainnya

Berita Terbaru