26 C
Medan
Sabtu, November 23, 2024

Perang Hamas VS Israel, Korban Tewas 2.700 Orang

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Medan (buseronline.com) – Perang antara kelompok Hamas dan pasukan Israel semakin memanas. Rudal-rudal menghujani langit, sehingga jumlah korban tewas terus meningkat di Israel dan Jalur Gaza.

Militer Israel mengatakan pihaknya mengumpulkan pasukan di dekat Jalur Gaza. Ini dilakukan sebagai balasan atas serangan brutal dari kelompok militan Palestina Hamas pada Sabtu akhir pekan lalu.

Israel sejak itu memerintahkan pengepungan total terhadap Jalur Gaza. Sehingga memutus pasokan air, bahan bakar, listrik dan makanan ke wilayah tersebut dan lebih dari 2 juta penduduknya.

Berikut update lain terkait perang tersebut, seperti dikutip dari CNBC International Rabu (11/10/2023).

Setidaknya 2.700 orang tewas dalam perang Hamas dan Israel. Dari sisi Israel misalnya, sebanyak 1.200 warga tewas dengan lebih dari 2.700 terluka sejak dimulainya konflik Israel-Hamas.

Sementara itu, dari sisi warga Palestina, sekitar 900 orang tewas di Jalur Gaza dan 19 orang lainnya tewas di Tepi Barat. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat mengingat serangan kedua belah pihak masih terjadi.

Sementara itu, sebanyak 17 warga negara Inggris, termasuk anak-anak hilang. Mereka dikhawatirkan tewas, menyusul serangan Hamas memasuki wilayah Isarel, Sabtu.

Lembaga penyiaran publik Inggris BBC mengumumkannya Rabu. Kantor berita tersebut mengutip sumber resmi yang tidak disebutkan namanya.

Pasukan Israel menyebut telah membunuh 1.000 penyusup dari Jalur Gaza sejak serangan kelompok Hamas akhir pekan. Hal ini disampaikan seorang juru bicara militer yang dikutip lembaga penyiaran publik Israel Kan.

“Kami menghitung ada 1.000 jenazah teroris, masih ada ratusan lagi yang menunggu. Ini menunjukkan skala serangan, mereka tidak merencanakan serangan dan mundur, melainkan pendudukan. Pada hari terakhir, terjadi pertemuan dengan 18 teroris di Jalur Gaza dan Ashkelon,” kata juru bicara yang tidak disebutkan namanya.

Dalam laporan yang sama, juru bicara tersebut menambahkan bahwa Israel melakukan serangan terhadap lebih dari 200 sasaran di Jalur Gaza di lokasi yang diyakini sebagai markas Hamas. Israel mengatakan pihaknya menguasai perbatasan dengan Gaza pada Selasa.

Kelompok militan Lebanon, Hizbullah, mengklaim menyerang Israel dengan rudal di perbatasan. Ini memicu serangan balasan dari Israel.

“Serangan ini adalah respons yang menentukan atas agresi yang menewaskan tiga pejuang Hizbullah,” kata kelompok tersebut, seperti dilaporkan outlet media al-Manar yang berafiliasi dengan Hizbullah.

Kelompok militan tersebut mengatakan mereka tegas dalam membalas serangan Israel di Lebanon. Terutama ketika para martir tewas dalam serangan tersebut.

Sebelumnya Angkatan Pertahanan Israel juga melaporkan rudal anti-tank meluncur dari Lebanon menuju pos militer yang berdekatan dengan komunitas Al-Aramshe di perbatasan Lebanon dalam sebuah postingan media sosial Telegram. Militer Israel menyebut bahwa saat ini melakukan serangan di wilayah Lebanon, tanpa mengungkapkan wilayah spesifik yang menjadi sasaran.

Lebanon dan Israel telah berulang kali saling baku tembak sejak serangan yang dilakukan oleh kelompok Hamas pada Sabtu. Situasi ini mengobarkan kembali ketegangan di Timur Tengah.

Israel mengerahkan pasukan di perbatasan Jalur Gaza sebagai persiapan menghadapi potensi serangan darat terhadap kelompok Hamas. Hal ini disampaikan juru bicara militer Israel.

“Apa yang juga kami lakukan di wilayah yang dekat dengan Jalur Gaza ini adalah kami telah mengerahkan, sebenarnya, kami telah mengirimkan infanteri, tentara lapis baja, artileri, inti, dan banyak tentara lainnya, dari cadangan, yang berjumlah 300.000 orang, di brigade dan divisi yang berbeda, dan mereka sekarang berada di dekat Jalur Gaza, bersiap untuk melaksanakan misi yang telah diberikan kepada mereka, yang telah diberikan oleh pemerintah Israel,” kata juru bicara Angkatan Pertahanan Israel Jonathan Conricus dalam pembaruan video.

“Dan hal ini untuk memastikan bahwa Hamas, pada akhir perang ini, tidak akan memiliki kemampuan militer yang dapat digunakan untuk mengancam atau membunuh warga sipil Israel. Itu adalah tujuan militer kami,” tambahnya.

Israel telah mengerahkan 300.000 tentara cadangan untuk melakukan respons bersenjata terhadap serangan yang dilakukan oleh Hamas pada akhir pekan lalu. Di Jalur Gaza, mereka telah melancarkan pengepungan total, yang mengganggu pasokan bahan bakar, air, listrik dan makanan.

Satu-satunya pembangkit listrik yang beroperasi di Jalur Gaza akan kehabisan bahan bakar dalam 10 hingga 12 jam. Hal ini dilaporkan Reuters, mengutip Ketua Otoritas Energi Palestina Thafer Melhem yang berbicara pada Rabu pagi kepada penyiar radio Voice of Palestine.

Pembangkit tersebut menggunakan bahan bakar diesel dan memiliki kapasitas nominal untuk menghasilkan hingga 140 megawatt. Sebagai informasi, Israel menghentikan pasokan listrik, bahan bakar, air dan makanan ke Jalur Gaza pada Senin.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan perang yang terjadi saat ini antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas dapat mempengaruhi pasar minyak. Novak mewakili Moskow dalam diskusi dan penetapan kebijakan yang dilakukan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC+.

Ia mengaku akan segera bertemu dengan Menteri Energi Arab Saudi dan pemimpin de facto OPEC, Abdulaziz bin Salman, untuk berkonsultasi mengenai pasar minyak mentah.

“Tentu saja kami sedang mendiskusikan masalah ini. Peristiwa semacam itu di dunia, dalam satu atau lain cara, dapat mempengaruhi situasi konsumsi sumber daya energi dalam satu arah atau lainnya,” kata Novak seperti dimuat oleh outlet berita Rusia TASS.

Rusia dan Arab Saudi adalah produsen OPEC+ terbesar dan biasanya menentukan arah strategi produksi aliansi dan langkah produksi sukarela yang dilakukan oleh beberapa anggota.

Harga minyak mentah didukung oleh ketidakstabilan di Timur Tengah. Pada akhir pekan, serangan teroris yang dilancarkan Hamas melanda Israel pada peringatan 50 tahun perang Arab-Israel tahun 1973, yang mengguncang pasar minyak melalui embargo minyak Arab terhadap Amerika Serikat (AS).

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberikan komentar terbaru soal serangan kelompok Hamas terhadap Israel. Ia mengatakan serangan dari penguasa Jalur Gaza Palestina itu sebagai “tindakan setan yang sangat jahat”.

“Ada saat-saat dalam hidup ini … saya maksudkan secara harfiah … ketika murni kejahatan muncul ke dunia ini. Rakyat Israel mengalami momen itu akhir pekan,” kata Biden penuh emosi kepada wartawan di Gedung Putih Selasa malam, seperti dikutip Reuters.

“Ini adalah tindakan setan yang sangat jahat,” tegasnya merujuk Hamas.

Biden pun menggambarkan laporan serangan tersebut sebagai sesuatu yang mencengangkan. Ia menyebut banyak orang tua yang dibantai, bayi dan seluruh keluarga dibunuh, hingga perempuan diperkosa, diserang, dan diarak bak piala.

Biden juga mengatakan Hamas mengancam akan mengeksekusi sandera, termasuk mereka yang selamat dari Holocaust Nazi. Dia mengatakan kebrutalan dan haus darah kelompok tersebut merupakan pengingat akan kekejaman terburuk ISIS.

“Ini adalah terorisme, tapi sayangnya bagi orang-orang Yahudi, ini bukanlah hal baru,” kata Biden, menambahkan insiden tersebut telah memunculkan kenangan akan antisemitisme dan genosida terhadap orang-orang Yahudi.

AS sendiri merupakan sekutu dekat Israel. Bahkan negeri itu mendapat sumbangan besar setiap tahunnya dari Paman Sam.

Paus Fransiskus mendesak kelompok Hamas Palestina untuk segera membebaskan semua sandera yang ditangkap. Ia juga mengatakan dia khawatir dengan pengepungan total Israel di Jalur Gaza.

“Saya berdoa bagi keluarga-keluarga yang telah melihat hari perayaan berubah menjadi hari berkabung dan meminta pembebasan segera para sandera,” kata Paus Fransiskus dalam audiensi mingguannya, menurut Vatican News.

“Adalah hak bagi mereka yang diserang untuk membela diri,” kata Paus. “Keprihatinan saya mengenai pengepungan total yang dihadapi warga Palestina di Gaza, di mana terdapat banyak korban tak berdosa.”

“Timur Tengah tidak membutuhkan perang melainkan perdamaian, perdamaian yang dibangun atas dasar keadilan, dialog, dan keberanian persaudaraan,” tambahnya.

AS telah mengisyaratkan upaya untuk menengahi koridor kemanusiaan dengan Mesir. Ini akan dilakukan bagi warga sipil yang terdampar di tengah baku tembak di Jalur Gaza yang terkepung.

“Ini adalah sesuatu yang juga telah kami diskusikan dengan rekan-rekan kami di Israel dan dengan rekan-rekan kami di Mesir,” kata Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan.

“Dan tanpa membahas secara spesifik mengenai jalur aman bagi warga sipil dan sebagainya, saya akan mengatakan bahwa ini adalah sesuatu yang dilihat oleh pemerintah AS… dalam mendukung cara kami melakukan hal tersebut secara operasional. Namun rinciannya masih sedang didiskusikan.”

Namun dia menolak memberikan rincian lebih lanjut, dan hanya menekankan bahwa konsultasi sedang berlangsung. (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru