26 C
Medan
Sabtu, November 23, 2024

Workshop Guru Kimia, Mengubah Persepsi Ilmu Sulit Jadi Mudah dan Menyenangkan

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Dalam ranah ilmu pengetahuan, ilmu kimia tampaknya masih berada di bawah bayang-bayang popularitas disiplin ilmu lainnya. Padahal tak sedikit kontribusinya buat kemaslahatan manusia.

Sebut saja peran ilmu kimia dalam pengembangan vaksin dan obat Covid-19. Ilmu kimia juga terlibat dalam mendeteksi virus SARS-CoV-2 dan pengembangan produk desinfektan serta sanitizer yang efektif dalam membunuh virus SAR-CoV-2.

Kurang populernya ilmu kimia, disebabkan persepsi bahwa kimia adalah ilmu yang sulit dipelajari. Penelitian Priliyanti (2021) mengungkap 48% siswa SMA menganggap pembelajaran kimia tergolong cukup sulit. Faktor eksternal musababnya ditengarai karena metode mengajar yang diterapkan guru, pengaruh negatif teman sebaya, serta keadaan dan waktu pembelajaran yang kurang kondusif.

Guna meningkatkan ketertarikan masyarakat mempelajari ilmu kimia, Universitas Pertamina (UPER) menggelar kegiatan workshop bagi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Guru Kimia se DKI Jakarta, Kamis (18/1/2024) lalu. Melalui workshop tersebut, para dosen Program Studi Kimia membantu para guru untuk meningkatkan kompetensi mengajar.

“Dikenal sebagai salah satu ilmu yang sulit, disiplin ilmu kimia nyatanya memiliki kontribusi yang besar serta pengembangan ilmu memiliki prospek cemerlang. Sebagai institusi pendidikan tinggi, kami menyelenggarakan pelatihan kepada guru kimia di Jakarta untuk memberikan gambaran pembelajaran kimia yang menyenangkan. Melalui implementasi ilmu dalam pembuatan berbagai proyek kimia,” ujar Dr Nila T Berghuis SSi MSi, lulusan program doktoral kimia ITB yang menjabat Ketua Program Studi Kimia UPER, Jumat (26/1/2024).

Pelatihan yang diikuti 100 guru kimia di Jakarta itu berfokus pada proyek keberlanjutan. Seperti pembuatan solar panel sederhana dan pembuatan tisu dari limbah tanaman jagung. Melalui partisipasi tersebut, menjadi langkah awal dalam pembelajaran kimia yang inovatif dan berkelanjutan.

Pada workshop pembuatan tisu dari limbah tanaman jagung, tim Prodi Kimia UPER menyiapkan sampah kulit jagung, ekstrak kulit manggis dan larutan kitosan. Selanjutnya sampah kulit jagung yang telah dihaluskan seperti bubur dicampur dengan ekstrak kulit manggis dan larutan kitosan serta dikeringkan selama 12 jam untuk berubah wujud menjadi tisu.

Sedangkan pada pelatihan pembuatan solar panel sederhana, tim Prodi Kimia menggunakan Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), yaitu alat penyerap cahaya dan pemisah muatan listrik melalui molekul pewarna. Dalam kegiatan tersebut pewarna yang digunakan merupakan pasta blueberry dan pasta buah naga. Hasilnya mendapati bahwa pasta blueberry mampu membantu menyerap cahaya dan menghasilkan listrik lebih banyak.

“Workshop yang digelar di Lab Kimia Integrasi dan Lab Kimia Dasar berhasil menarik antusiasme dari para peserta. Kami juga membagikan pengetahuan mengenai prospek karir di bidang kimia, menegaskan pentingnya ilmu kimia di berbagai bidang seperti kesehatan, industri, lingkungan, teknologi, hingga kehidupan sehari-hari. Dapat dilihat dari produk di sekitar kita seperti kosmetik, deterjen, dan berbagai bahan konstruksi,” tambah Dr Nila.

Sementara, Prof Rudy Sayoga Gautama Benggolo IPU, Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan UPER menyampaikan bahwa Program Studi Kimia UPER menyusun kurikulum yang bersinergi dengan kebutuhan riil masyarakat dan industri.

“Meskipun kental dengan orientasi ilmu ke ranah sains, ilmu kimia mampu menjawab kebutuhan riil industri. Pada Program Studi Kimia UPER, kurikulum yang disusun berlandaskan upaya mencapai pembangunan berkelanjutan. Dengan keunggulan pada bidang Bioteknologi, Kimia Migas, Kimia Medisinal, dan teranyar kehadiran mata kuliah Kimia Kosmetik. Selain itu, setiap pembelajaran juga didukung oleh dosen ahli dan praktisi dari masing-masing bidang kimia. Hal tersebut menjadikan Prodi Kimia UPER lebih unggul dalam menjawab berbagai tantangan dan permasalahan di sosial dan industri,” ungkap Prof Rudy. (J1)

Berita Lainnya

Berita Terbaru