Medan (buseronline.com) – Di hari ketujuh Bulan Suci Ramadan 1445 H, TP PKK Kota Medan menggelar pengajian di Gedung Serbaguna TP PKK Kota Medan. Selain mempererat tali silaturahmi, pengajian diharapkan dapat menambah ilmu tentang agama sekaligus meningkatkan rasa keimanan seluruh kader.
Selain Ketua TP PKK Kota Medan Ny Kahiyang Ayu M Bobby Afif Nasution, pengajian yang rutin digelar setiap Bulan Ramadhan ini tiba, juga dihadiri Ketua I Bidang Pembinaan Karakter dan Keluarga Ny Ismiralda Wiriya beserta pengurus lainnya.
Ny Kahiyang Ayu beserta seluruh pengurus dan kader TP PKK Kota Medan selanjutnya mengikuti pengajian sekaligus mendengarkan tausiah yang disampaikan Ustad Muhammad Nursyam.
Nursyam yang juga Ketua Baznas Kota Medan menyampaikan tentang hikmah dan keutamaan berpuasa selama Bulan Ramadan.
Ia mengatakan, selama 30 hari puasa di Bulan Ramadhan, ada tiga fase yang dilalui yang dibagi dalam 10 hari pertama, 10 hari kedua dan 10 hari ketiga. Dimana, jelas Nursyam, masing-masing fase mempunyai banyak keutamaannya.
Di fase 10 hari pertama ini, ungkapnya, disebut dengan rahmat. Fase ini merupakan peralihan dari kebiasaan pola makan normal menjadi harus menahan lapar dan haus mulai dari Subuh hingga Maghrib.
Kemudian, kata Nursyam, 10 hari kedua disebut Maghfiroh (ampunan). Maghfiroh ini, ujarnya, diberikan khusus di waktu tersebut demi keselamatan orang yang berpuasa dari dosa-dosa yang telah dilakukannya sebagai bentuk kasih sayang Allah SWT.
Sedangkan 10 hari akhir Ramadan, lanjut Nursyam, sebagai fase pembebasan dari api neraka. “Sepuluh akhir Ramadan merupakan pamungkas, sehingga hendaknya setiap manusia mengakhiri Ramadan dengan kebaikan dan mencurahkan daya maupun upaya untuk meningkatkan amaliyah ibadah di sepanjang sepuluh hari akhir Ramadan ini,” kata Nursyam.
Di penghujung tausiahnya, Nursyam mengajak semua untuk memanfaatkan dengan sebaik-baiknya Bulan Suci Ramadan yang penuh rahmat, berkah dan kemuliaan ini guna beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
“Puasa tidak hanya menahan diri dari hawa nafsu. Namun juga menahan pikiran, hati dan panca indra dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa,” pungkasnya. (R)