26 C
Medan
Jumat, November 22, 2024

Fakultas Teknik QUT dan Teknologi Industri Pertanian IPB Siap Kembangkan Program Master Bersama

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Brisbane (buseronline.com) – Departemen Teknologi Industri Pertanian (TIN) Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penjajakan kerja sama dalam pengembangan program magister bersama (joint degree dan double degree) dengan Fakultas Teknik Queensland University of Technology (FT-QUT).

Dalam pertemuan yang difasilitasi oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra, TIN-IPB yang diwakili oleh Professor Farah Fahma, kedua belah pihak berdiskusi secara intensif dengan Dekan FT QUT, Professor Ana Deletic dan tim di Kampus QUT.

Menurut Atdikbud KBRI Canberra Mukhamad Najib, kedua institusi mendiskusikan peluang-peluang dalam peningkatan kerja sama bidang pendidikan dan penelitian antara TIN IPB dan FT QUT. Kedua institusi tersebut memiliki banyak irisan yang dapat dikerjasamakan, seperti bioprocess engineering, manajemen teknologi, dan lain-lain.

Najib berpendapat peluang kerja sama antara TIN IPB dan FT QUT terbuka lebar, sehingga kantor Atdikbud berusaha mendukung dan memfasilitasi agar kerja sama tersebut dapat terealisasi.

Menurut Atdikbud Najib, QUT memiliki reputasi global yang baik dalam bidang teknik, sementara IPB memiliki reputasi global yang baik dalam bidang pertanian. Oleh karena itu, jika keduanya bermitra akan memperkuat pengembangan program Teknik Industri Pertanian.

“Kemitraan antara TIN IPB dan FT QUT dapat memberi dampak positif bagi keilmuan teknik industri pertanian kedua negara. Kedua kampus memiliki reputasi global dalam bidang masing-masing, sehingga keduanya bisa saling melengkapi,” jelas Najib.

Dalam pertemuan tersebut, Dekan FT QUT, Professor Ana Deletic mengatakan jika QUT sangat tertarik untuk bekerja sama dengan TIN IPB. Dirinya mengaku pernah berkunjung ke IPB untuk kegiatan penelitian bersama di bidang water management sekira 10 tahun lalu dan meyakini bahwa IPB dapat menjadi mitra strategis yang kompeten bagi QUT.

Ana menjelaskan, selain memiliki program master, saat ini FT QUT juga memiliki program fastrack di mana untuk para sarjana dapat melanjutkan program master yang dapat diselesaikan dalam waktu lima tahun.

“Beberapa program master yang kami miliki seperti master of renewable energy, master of project management, master of engineering technology dan master of advanced manufacturing yang tampaknya relevan dengan TIN IPB. Kita dapat lakukan pemetaan kurikulum segera, sehingga bisa kita tentukan model double degree master seperti apa yang akan dikembangkan bersama. Selain itu peluang untuk kerja sama pada tingkat bachelor juga sangat memungkinkan,” ungkapnya.

Sementara, Professor Farah Fahma menjelaskan jika saat ini TIN IPB sudah memiliki program double degree master dengan salah satu universitas di Australia untuk bidang manajemen inovasi. Saat ini program double degree tersebut juga sudah masuk dalam daftar beasiswa LPDP.

Menurut Farah, TIN IPB ingin mengembangkan program serupa dengan FT QUT untuk program kekhususan lainnya yang relevan, sehingga mahasiswa memiliki lebih banyak pilihan untuk bidang spesialisasi atau konsentrasi.

Selain itu, Farah juga memandang QUT cocok menjadi mitra guna memfasilitasi mahasiswa TIN IPB dalam melakukan program mobilitas internasional maupun penyelesaian tugas akhir.

“Mahasiswa program sarjana di IPB memiliki beberapa alternatif dalam penyelesaian tugas akhir, salah satunya dengan melakukan visiting research student di universitas mitra seperti di QUT. Untuk kelas internasional, mahasiswa juga dapat mengambil kredit di QUT jika nantinya kerja sama dapat disepakati. QUT juga memiliki Capstone project seperti TIN IPB, sehingga sangat mungkin program tersebut dikerjasamakan,” jelasnya.

FT QUT dan TIN IPB sepakat untuk melanjutkan pembicaraan khusus mengenai pemetaan kurikulum, saling pengakuan kredit, dan alternatif pembiayaan program bersama. Keduanya menyadari bahwa biaya pendidikan di Australia sangat mahal sehingga diperlukan sumber-sumber pembiayaan lain jika sekiranya dianggap berat jika mahasiswa harus membiayai sendiri. (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru