30 C
Medan
Jumat, November 22, 2024

Guru Penggerak Tingkatkan Kualitas Layanan di Satuan Pendidikan

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Belitung (buseronline.com) – Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Iwan Syahril melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Kabupaten Belitung Timur, Minggu (21/4/2024). Salah satu agenda kunjungan kerja tersebut adalah berdiskusi dengan puluhan aktor pendidikan Kabupaten Belitung Timur, terdiri dari Kepala Sekolah pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka, Pengawas Sekolah, Guru Penggerak, Calon Guru Penggerak, Pengajar Praktik, dan Penggerak Komunitas.

Kunjungan tersebut bertujuan untuk mendapatkan inspirasi implementasi pembelajaran berkualitas dan berpihak kepada murid dan mempererat tali silaturahmi dengan aktor-aktor pendidikan di daerah. Selain itu, kunjungan tersebut juga guna memperkuat kolaborasi kebijakan Merdeka Belajar dengan pimpinan daerah khususnya untuk mendorong komitmen serta gotong royong untuk mewujudkan ekosistem pendidikan yang berdaya dan kuat.

Terkait dengan Merdeka Belajar, Iwan Syahril dalam agenda diskusi dengan aktor pendidikan Kabupaten Belitung Timur mengungkapkan secara langsung, bahwa gerakan ini merupakan tantangan yang diberikan Mendikbudristek RI Nadiem Anwar Makarim ketika pertama menjabat. Mendikbudristek, terang Iwan, mempertanyakan problem solving apa yang harus dilakukan dengan kondisi pendidikan Indonesia yang sudah 20-30 tahun mengalami krisis pembelajaran (learning crisis).

“Konsep atau setiap bagian dari episode Merdeka Belajar ini sangat dibutuhkan oleh Indonesia, untuk menuntaskan persoalan krisis pembelajaran yang sudah berlangsung lama, ditambah kehilangan pembelajaran (learning loss) akibat Pandemi Covid-19,” tegas Iwan.

Dalam diskusi yang dihadiri oleh Guru Penggerak dan Calon Guru Penggerak tersebut, Iwan juga menceritakan bagaimana proses hadirnya salah satu program strategis dalam gerakan Merdeka Belajar, yaitu Guru Penggerak. Program yang merupakan rangkaian Merdeka Belajar Episode Kelima tersebut, terang Iwan, sempat berimbas akibat epidemi. Padahal, semua persiapan mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan programnya sudah sangat matang dan siap untuk diimplementasikan.

“Guru Penggerak merupakan salah satu program terpenting dalam rangka mentransformasi pendidikan Indonesia. Para Guru Penggerak dipersiapkan sebagai pemimpin perubahan untuk menggerakkan perubahan yang riil serta peningkatkan kualitas layanan satuan pendidikan. Ini merupakan upaya kita menghidupkan kembali semangat, daya juang, dan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam membangun ekosistem pendidikan Indonesia yang berpihak pada murid,” kata Iwan sekaligus menyatakan bahwa pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah untuk mendukung program tersebut.

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Belitung Timur, Burhanudin, mengapresiasi kebijakan Merdeka Belajar yang dihadirkan Kemendikbudristek beberapa tahun belakangan. Ia mengungkapkan, kebijakan Merdeka Belajar, salah satunya Implementasi Kurikulum Merdeka, telah memberikan ruang seluas-luasnya bagi guru untuk guru melakukan kreativitas pembelajaran menyenangkan bagi murid.

“Kami berharap kebijakan Merdeka Belajar ini tidak berubah lagi, termasuk penyampaian Mas Menteri terkait Kurikulum Merdeka juga sudah final. Sekarang tinggal bagaimana mengimplementasikannya dengan baik. Guru sekarang juga harus mengubah mindsetnya, dengan adanya Kurikulum Merdeka, guru jangan hanya melihat fisik dan latar belakang murid, tapi pelajarilah mereka secara utuh,” terang Burhanudin yang juga pernah menjadi guru.

Ia juga menegaskan bahwa Pemerintah Daerah Belitung Timur mendukung sepenuhnya kebijakan Permendikbudristek Nomor 40 Tahun 2021. Hal ini dibuktikan dengan usaha untuk terus mendorong pengangkatan Guru Penggerak menjadi kepala sekolah di wilayah tersebut.

“Kami mendukung sepenuhnya Permendikbudristek ini. Saat ini di Kabupaten Belitung Timur ada 58 Guru Penggerak, 27 orang sudah diangkat menjadi kepala sekolah, 1 orang diangkat menjadi pengawas sekolah,” terang Burhanudin.

Guru SMP Negeri 2 Gantung, Danny Yuniar Ardianto, merupakan salah seorang Guru Penggerak yang hadir pada saat diskusi tersebut mengungkapan banyak sekali perubahan paradigma berpikir dan cara pembelajaran yang ia peroleh saat mengikuti Program Guru Penggerak. Salah satunya terkait bagaimana ia memandang angka bukan lagi tujuan tapi value. Hal ini pengalaman yang tidak ia dapat dari materi pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional.

“Saat saya menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional ini saya melakukan hal kecil terkait menghapus sistem juara atau perangkingan di kelas. Saya mulai menghargai murid sesuai dengan keunggulan di bidang mereka masing-masing. Jadi saat tidak ada juara pada pembagian rapor, yang ada adalah apresiasi di bidang sains, di bidang sosial, budaya, bahkan mereka yang sering datang lebih awal ke kelas saya beri apresiasi,” terang Danny.

Danny melanjutkan bahwa orang tua dari murid yang mendapat apresiasi lebih sering datang lebih dulu di kelas ini bahkan mengucapkan terima kasih karena anaknya belum pernah sekalipun mendapat penghargaan atau bingkisan.

Senada dengan Danny, pengalaman menarik dan sangat berkesan terkait pembelajaran berdiferensiasi dan penerapan pembelajaran sosial emosional juga dirasakan Nolia, Guru Penggerak yang sudah diangkat menjadi Kepala Sekolah SDN 1 Manggar. Ia mengatakan bahwa telah 11 tahun menjadi guru kelas 6 dan setiap ujian akhir selalu saja terdapat anak yang putus sekolah. Menurut Nolia, rata-rata setiap tahun putus sekolah selalu terjadi karena kurangnya motivasi anak dan orang tua yang kurang mendukung.

“Karena kita belum memahami keadaan anak, mereka di sekolah tertekan, saya menyadari itu. Namun ketika saya mengikuti Pendidikan Guru Penggerak, saya mempelajari modul 1 sampai modul 2, terkait pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional. Alhamdulillah pada saat itu anaknya tidak ada lagi yang putus sekolah,” terang Nolia terkait bagaimana ia menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan.

Perubahan terkait diri pribadi juga dirasakan oleh Mukhammad Mundhofi, guru Bahasa Indonesia di SMK Negeri 1 Dendang yang juga merupakan seorang Guru Penggerak angkatan 4. Ia mengatakan bahwa mengajar di SMK tantangannya cukup berbeda, apalagi menurutnya ia mengajar di SMK di Belitung Timur, yang paling jauh dari kota.

Ia merasa ‘ditampar’ ketika mengikuti Pendidikan Guru Penggerak dan menjadi sadar bukan begitu cara mengatasi anak. Pendidikan Guru Penggerak mengajarkan ia untuk menyelam dan mendalami karakter anak secara mendalam dan memahaminya. “Pendidikan Guru Penggerak telah membuat saya menjadi lebih mengenal karakter siswa,” tegas Mundhofi. (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru