26 C
Medan
Jumat, November 22, 2024

Kota Medan Alami Penurunan Angka Stunting Tertinggi di Indonesia

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Medan (buseronline.com) – Kota Medan mengalami penurunan angka stunting tertinggi di Indonesia dimana kini angka prevalensi stunting sebesar 5,8 persen. Hal ini patut diapresiasi. Penurunan angka stunting kerja bersama yang menjadi prioritas untuk mewujudkan Indonesia Emas.

Hal itu disampaikan Wali Kota Bobby Nasution saat membuka Diseminasi Audit Kasus Stunting Semester I Tahun 2024, di Hotel Grand Mercure. Diingatkannya, agar jangan berpuas diri. Berapapun kecilnya, masih ada angka, masih ada anak-anak yang stunting.

Dalam kegiatan yang dihadiri Wakil Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kota Medan Benny Iskandar, unsur TP PKK, pimpinan perangkat daerah, Tim Pakar Kasus Stunting, camat, dan lurah itu, dipesankannya agar kerja pencegahan dan penanganan stunting tetap dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Diingatkannya, perlu menjalin kolaborasi sinergis dengan berbagai pihak, termasuk unsur Forkopimda. Menurutnya, masalah stunting itu turut dipengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Kondisi saat ini, banyak masyarakat kelas menengah ke bawah yang terjebak pinjaman dan judi online. Masalah ini rentan berefek pada upaya pencegahan dan penanganan stunting.

Sebelumnya, Benny Iskandar melaporkan, diseminasi audit kasus stunting ini bertujuan menyampaikan hasil kajian kasus audit yang merupakan penajaman (rekomendasi) intervensi spesifik dan sensitif serta intervensi pencegahan yang dibutuhkan sesuai hasil kajian berdasar kelompok sasaran yang diaudit.

Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan menyampaikan hasil kajian dan rencana tindak lanjut kepada Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Medan. Diseminasi audit kasus stunting ini menghadirkan narasumber dr Christoffel DPL Tobing (Perkumpulan Obsteri dan Ginekologi Indonesia), Evi Berlian MPsi (Himpunan Psikologi Indonesia), Dr Hervina Sari Nasution MKed (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan Dr Esi Emilia MSi (Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia). (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru