Tasikmalaya (buseronline.com) – Kemendikbudristek RI bekerja sama dengan Komisi X DPR RI menggelar lokakarya bertajuk “Generasi Muda Bijak Bermedia Sosial Hapuskan Kekerasan di Satuan Pendidikan” di Tasikmalaya. Acara ini bertujuan untuk mengedukasi generasi muda mengenai penggunaan media sosial yang bijak dan mencegah kekerasan di lingkungan pendidikan.
Plh Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat (BKHM) Kemendikbudristek, Anang Ristanto, mengungkapkan bahwa media sosial kini menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
Ia menekankan pentingnya sikap bijak dalam menggunakan media sosial untuk menghindari dampak negatif yang mungkin timbul. Anang mengajak generasi muda untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana positif sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan (PPKSP).
Anggota Komisi X DPR RI Ferdiansyah menyampaikan bahwa survei Katadata Insight Center tahun 2022 menunjukkan 73 persen masyarakat Indonesia memperoleh informasi melalui media sosial.
Data lainnya dari reportal menunjukkan bahwa rata-rata waktu penggunaan media sosial di Indonesia mencapai 3 jam 11 menit per hari, dengan TikTok, YouTube, dan Instagram sebagai platform yang paling banyak digunakan.
Ia mengungkapkan bahwa perilaku negatif di media sosial seperti cyberbullying menjadi perhatian utama. Laporan Digital Civility Index menunjukkan netizen Indonesia berada di urutan terbawah se-Asia Tenggara dalam hal kesopanan di dunia maya. Selain itu, terdapat fakta mencemaskan mengenai kekerasan di sekolah yang melibatkan siswa dan guru.
Dalam acara tersebut, peserta didik dari jenjang SMA/SMK dan perguruan tinggi serta guru bimbingan konseling di Kabupaten/Kota Tasikmalaya mengikuti sesi materi yang disampaikan oleh pegiat media sosial Ainun Niswati dan Analis Kebijakan Ahli Madya Pusat Penguatan Karakter Kemendikbudristek, Dede Suryaman.
Ainun menjelaskan tentang manfaat dan bahaya media sosial, sementara Dede membahas pencegahan kekerasan seksual dan kekerasan di satuan pendidikan.
Dede Suryaman menutup acara dengan ajakan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, aman, dan nyaman bagi semua peserta didik. “Mari kita bergerak bersama untuk mewujudkan lingkungan belajar yang berkebinekaan dan mendukung pelajar Pancasila serta Merdeka Belajar,” pungkasnya.
Lokakarya ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi generasi muda dan lingkungan pendidikan di Indonesia dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya penggunaan media sosial yang bijak dan pencegahan kekerasan. (R)