28 C
Medan
Senin, September 23, 2024

Biduk Sayak: Simbol Cinta dan Keharmonisan

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jambi (buseronline.com) – Kemendikbudristek bersama pemerintah daerah Jambi dan Sumatera Barat menyelenggarakan Festival Biduk Sayak di Lapangan Desa Jernih, Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Rabu. Acara ini menjadi bagian dari Kenduri Swarnabhumi 2024, yang menonjolkan tradisi kearifan lokal.

Biduk Sayak, seni pertunjukan berbalas pantun antara bujang dan gadis, merupakan salah satu kesenian tertua di daerah tersebut. Selain sebagai hiburan, Biduk Sayak memiliki makna sosial dan kultural yang mendalam. Pamong Budaya Ahli Utama Kemendikbudristek, Siswanto, menjelaskan bahwa seni ini mengajarkan nilai-nilai luhur tentang cinta, kebersamaan, dan sopan santun.

“Melalui seni berbalas pantun, pria dan wanita saling menunjukkan perasaan mereka dengan bahasa yang halus dan penuh kiasan,” kata Siswanto.

Pelaku budaya lokal, Azhar, menambahkan bahwa Biduk Sayak berfungsi sebagai media komunikasi antarwarga, menyimpan pesan moral dan nasihat dari leluhur. Ia menyoroti bahwa suasana malam yang diiringi suara pantun dan tarian menciptakan atmosfer meriah sekaligus sakral.

Ismadi, tokoh masyarakat Desa Jernih, menegaskan bahwa Biduk Sayak adalah cerminan identitas asli masyarakat Kecamatan Air Hitam. Ia percaya bahwa meski dihadapkan pada tantangan modernisasi, tradisi ini tetap dapat lestari.

Festival Biduk Sayak, biasanya digelar malam hari, juga menjadi bagian penting dari perayaan pernikahan. Kesenian ini mencerminkan kerukunan dan rasa malu dalam berperilaku di lingkungan masyarakat.

Kenduri Swarnabhumi 2024 mengusung tema “Menghubungkan Kembali Masyarakat dengan Peradaban Sungai,” bertujuan untuk melestarikan budaya dan lingkungan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari. Acara ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan nenek moyang untuk generasi mendatang. (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru