30 C
Medan
Jumat, November 22, 2024

Kinerja APBN Agustus 2024 On-Track, Ekonomi Stabil

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia hingga akhir Agustus 2024 menunjukkan hasil yang positif dan on track sesuai dengan target dalam RUU APBN 2024.

Dalam konferensi pers APBN KiTa yang diselenggarakan Senin, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan bahwa pendapatan negara telah mencapai Rp1.777 triliun, setara dengan 63,4% dari target yang ditetapkan. Meskipun terjadi kontraksi sebesar 2,5% year on year, angka ini lebih baik dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Sri Mulyani menjelaskan, “Kami berharap kontraksi pendapatan negara ini bisa terus ditekan hingga akhir tahun untuk mencapai target yang diinginkan.” Sementara itu, belanja negara telah mencapai Rp1.930,7 triliun, atau 58,1% dari total pagu belanja tahun ini, dengan pertumbuhan yang kuat sebesar 15,3% year on year. Pertumbuhan belanja yang signifikan ini didorong oleh kebutuhan untuk pemilu dan pengeluaran terkait bantuan sosial akibat dampak El Nino.

Defisit APBN hingga akhir Agustus tercatat sebesar Rp153,7 triliun, atau 0,68% dari Produk Domestik Bruto (PDB), yang masih sesuai dengan RUU APBN 2024. Keseimbangan primer juga menunjukkan surplus yang memuaskan sebesar Rp161,8 triliun.

Dalam konteks yang lebih luas, Sri Mulyani menegaskan pentingnya APBN sebagai instrumen untuk menjaga stabilitas ekonomi, melindungi masyarakat, dan mendukung pertumbuhan berkelanjutan di tengah tantangan global. Inflasi terpantau stabil di 2,12% year on year, dengan neraca perdagangan yang terus mencatat surplus, yakni ekspor mencapai 23,6 miliar USD dan impor 20,7 miliar USD.

Menteri Keuangan juga mencatat bahwa indikator konsumsi rumah tangga menunjukkan pertumbuhan positif, dengan indeks kepercayaan konsumen berada di level tinggi 124,4. Namun, dia memberikan peringatan mengenai Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia yang mulai memasuki zona kontraksi, yang perlu diwaspadai.

“Kami berharap pertumbuhan impor yang mencapai 9% dapat mendorong kembali kegiatan manufaktur, sekaligus memperbaiki kinerja ekspor,” ujar Sri Mulyani.

Dengan hasil ini, pemerintah terus berkomitmen untuk mengoptimalkan APBN sebagai alat penting dalam menghadapi tantangan ekonomi global dan menjaga pertumbuhan ekonomi domestik. (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru