Jakarta (buseronline.com) – Rata-rata pertumbuhan belanja negara Indonesia selama sepuluh tahun terakhir (2014-2025) tercatat mencapai 6,83%, meningkat dari Rp1.777,2 triliun pada 2014 menjadi Rp3.621,3 triliun pada 2025.
Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Kementerian Keuangan, Wahyu Utomo, dalam acara Media Gathering di Anyer, Banten, Rabu, menjelaskan bahwa kunci keberhasilan terletak pada penyaluran yang tepat sasaran, bukan hanya pada jumlah belanja.
Wahyu menambahkan bahwa meskipun Indonesia mengalami kontraksi ekonomi sebesar 2,1% pada 2020 akibat pandemi, negara ini berhasil pulih dengan pertumbuhan mencapai 5,3% di 2022. Tingkat inflasi juga terjaga pada level moderat 2,5%, yang berkontribusi pada peningkatan daya beli masyarakat.
Dalam periode 2015 hingga 2023, pemerintah mengalokasikan Rp4.006,1 triliun untuk pendidikan, yang berdampak positif pada jumlah sekolah dan partisipasi di perguruan tinggi. Selain itu, anggaran kesehatan mencapai Rp1.335,5 triliun, berhasil menurunkan prevalensi stunting dan meningkatkan jumlah rumah sakit serta puskesmas.
Belanja perlindungan sosial sebesar Rp3.127,6 triliun juga memberikan dampak signifikan, menurunkan angka kemiskinan dari 11,25% pada 2014 menjadi 9,03% pada 2024. Sementara itu, peningkatan anggaran infrastruktur sebesar Rp3.167,4 triliun berhasil meningkatkan panjang jalan tol dari 879 km pada 2015 menjadi 2.817 km pada 2023.
Transfer ke daerah menunjukkan pertumbuhan signifikan, dari Rp33,10 triliun pada tahun 2000 menjadi Rp857,60 triliun pada 2024, yang berperan dalam mengurangi ketimpangan antar daerah. Kinerja fiskal pun membaik, dengan rasio penerimaan negara meningkat dan rasio utang menurun.
Secara keseluruhan, APBN yang sehat menunjukkan bahwa produktivitas lebih tinggi daripada risiko, menjanjikan keberlanjutan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. (R)