28 C
Medan
Jumat, November 22, 2024

Dokter Peringatkan Risiko Kematian Dini bagi Mereka yang Suka ‘Mager’

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Gaya hidup sedentari atau perilaku malas gerak (mager) bisa meningkatkan risiko kematian dini.

Hal ini disampaikan dr Putra Rizki SpKO, spesialis kedokteran olahraga, yang menekankan pentingnya aktivitas fisik rutin dalam menjaga kesehatan.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sekitar 33,5% masyarakat Indonesia masih kurang melakukan aktivitas fisik, angka yang cukup tinggi dibandingkan negara-negara lain.

Sebagai perbandingan, survei di Amerika Serikat pada periode 2017-2020 menunjukkan prevalensi gaya hidup sedentari mencapai 25,3%, sementara di Eropa, 1 dari 3 orang menjalani gaya hidup ini.

“Sedentari lifestyle, seperti duduk atau rebahan terlalu lama, bisa dikaitkan dengan berbagai penyakit serius, seperti jantung, gangguan metabolisme, hingga kanker,” ujar dr Putra dalam sebuah webinar, Senin.

Menurutnya, jika kebiasaan ini tidak ditangani dengan baik, risiko komplikasi hingga kematian bisa meningkat.

“Penelitian menunjukkan bahwa orang yang meninggal karena kanker, diabetes, atau jantung, sering kali memiliki riwayat gaya hidup kurang aktif dan banyak duduk,” jelasnya.

Kurangnya aktivitas fisik dapat memengaruhi sirkulasi darah, tekanan darah, dan kesehatan jantung. Selain itu, kebiasaan ini juga berisiko menyebabkan pengeroposan tulang, kehilangan massa otot, dan nyeri sendi.

“Orang yang banyak duduk mengalami penurunan kepadatan tulang, terutama di daerah pinggul dan pangkal paha, yang meningkatkan risiko osteoporosis,” tambahnya.

Untuk itu, ia mengimbau masyarakat untuk aktif bergerak dan berolahraga guna menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. (R3)

Berita Lainnya

Berita Terbaru