27 C
Medan
Sabtu, November 23, 2024

Deteksi Dini Gangguan Penglihatan Anak: Investasi Masa Depan

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Lombok (buseronline.com) – Dalam rangka peringatan Hari Penglihatan Sedunia, Wakil Menteri Kesehatan RI Prof Dante Harbuwono menekankan pentingnya menjaga kesehatan mata anak sebagai investasi untuk masa depan.

Menurut data dari International Agency for the Prevention of Blindness pada 2021, sekitar 165 juta anak di seluruh dunia mengalami rabun jauh, dengan angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 275 juta pada tahun 2050. Di Indonesia, terdapat 3,6 juta anak yang mengalami kelainan refraksi, dan sekitar 75% dari mereka belum mendapatkan koreksi dengan kacamata.

Dalam sambutannya pada kegiatan puncak peringatan Hari Penglihatan Sedunia yang berlangsung di Hotel Astoria, Lombok, Kamis.

Prof Dante menyatakan, “Gangguan penglihatan dapat berdampak pada perkembangan kognitif, emosional, dan sosial anak-anak kita.” Ia mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam pencegahan dan deteksi dini gangguan penglihatan, demi mencapai generasi Indonesia Emas 2045.

Sekretaris Daerah NTB, Drs H Lalu Gita Ariadi, menambahkan bahwa pemerintah daerah memberikan perhatian serius terhadap kesehatan mata. Menurut data Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB), prevalensi kebutaan di NTB mencapai 4,4%, dengan 78,1% kebutaan disebabkan oleh katarak. Ia juga menjelaskan bahwa deteksi dini gangguan penglihatan telah dilakukan di 13 sekolah di Kabupaten Lombok, di mana 496 anak diperiksa dan 112 di antaranya positif mengalami kelainan refraksi.

dr Prima Yosephine, Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes RI, menyampaikan bahwa tujuan dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pencegahan gangguan penglihatan pada anak.

Kegiatan ini juga termasuk peluncuran Peta Jalan Gangguan Penglihatan Mata 2024-2029, yang diharapkan dapat menjadi panduan bagi daerah dalam menyusun rencana aksi kesehatan mata.

Sebagai bagian dari kegiatan ini, anak-anak yang mengalami kelainan refraksi mendapatkan kacamata gratis. Salah satu penerima, Sahirah Safitri, siswa SMP Gunung Sari, menyatakan kegembiraannya. “Dengan kacamata baru ini, saya dapat melihat lebih jelas. Sebelumnya, penglihatan saya buram,” ujarnya.

Kemenkes mengajak semua pihak untuk memperhatikan kesehatan mata, khususnya anak-anak. Salah satu langkah pencegahan yang disarankan adalah metode 20-20-20, di mana setelah 20 menit melakukan aktivitas yang melibatkan penglihatan intens, sebaiknya istirahatkan mata selama 20 detik dan pandanglah objek yang berjarak 20 kaki (sekitar 6 meter). (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru