29 C
Medan
Jumat, Oktober 18, 2024

Kepala BKF: Surplus Neraca Perdagangan Buktikan Daya Tahan Ekonomi Indonesia

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar USD3,26 M pada September 2024. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menyampaikan bahwa konsistensi tren surplus ini menunjukkan daya tahan ekonomi Indonesia di tengah stagnasi ekonomi global.

Tren surplus neraca perdagangan Indonesia telah berlangsung selama 53 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, dengan akumulasi surplus hingga September 2024 mencapai USD21,98 M. “Hal ini mencerminkan bahwa ekonomi kita yang berorientasi pada penciptaan nilai tambah menunjukkan hasil positif. Tentunya, ini menjadi modal yang baik untuk masa depan,” ujar Kepala BKF dalam keterangan tertulis, Selasa (15/10/2024).

Febrio menambahkan bahwa kinerja perdagangan Indonesia yang baik hingga September memberikan sinyal positif bagi proyeksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2024. Kementerian Keuangan memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap di atas 5,0 persen meskipun di tengah tantangan ekonomi global.

Pemerintah berkomitmen untuk terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional serta menyiapkan langkah-langkah antisipasi melalui dorongan terhadap hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor, dan diversifikasi mitra dagang.

Aktivitas ekspor Indonesia pada September 2024 tercatat sebesar USD22,08 M, meskipun terdapat tekanan dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur global yang masih terkontraksi di angka 48,8. Peningkatan ekspor nonmigas sebesar 8,13 persen (yoy) menjadi salah satu faktor pendorong surplus ini, sementara sektor migas mengalami penurunan.

Kontributor utama peningkatan ekspor nonmigas antara lain adalah besi dan baja, bahan bakar mineral, nikel, serta logam mulia dan perhiasan. Pertumbuhan sektor pertanian mencatatkan angka tertinggi sebesar 38,76 persen (yoy), diikuti oleh sektor pertambangan dan lainnya sebesar 9,03 persen (yoy), serta sektor industri pengolahan sebesar 7,11 persen (yoy). Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang tetap menjadi mitra utama dengan kontribusi ketiganya mencapai 43,57 persen terhadap total ekspor nonmigas Indonesia.

Di sisi lain, impor Indonesia pada bulan September 2024 tercatat sebesar USD18,82 M, meningkat 8,55 persen (yoy). Kenaikan impor ini didorong oleh kenaikan impor nonmigas sebesar 16,29 persen (yoy), meskipun impor migas mengalami penurunan 24,04 persen (yoy). Kenaikan tertinggi terjadi pada barang modal sebesar 18,44 persen (yoy), barang konsumsi 11,30 persen (yoy), dan bahan baku penolong 5,87 persen (yoy).

Penyumbang terbesar untuk impor nonmigas adalah komoditas plastik dan barang dari plastik, mesin/peralatan mekanis, serta mesin/perlengkapan elektrik, yang berkontribusi 31,38 persen terhadap total impor nonmigas. Secara kumulatif, nilai impor Indonesia dari Januari hingga September 2024 tercatat mencapai USD170,87 M. (R)

Berita Lainnya

Berita Terbaru