Bali (buseronline.com) – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan menetapkan target ambisius dalam upaya memerangi Tuberkulosis (TBC) dengan menargetkan deteksi 1 juta kasus pada tahun 2025.
Target ini ditetapkan untuk mendukung pencapaian eliminasi TBC pada 2030. Menurut data, Indonesia saat ini berada pada peringkat kedua di dunia dalam jumlah kasus TBC.
“Target kami tahun depan adalah menemukan sekitar 1 juta kasus. Dari 1.060.000 kasus yang diperkirakan ada, saya ingin setidaknya 1 juta dapat didiagnosis,” ujar Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers pada acara High-Level Meeting TBC Innovation di Bali, Senin.
Dalam upaya mencapai target tersebut, pemerintah telah merumuskan tiga inovasi utama yang diharapkan mampu mempercepat proses diagnosis, memperluas akses pengobatan, serta meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya penanganan TBC.
Inovasi Pertama: Penggunaan Teknologi Modern dalam Skrining – Pemerintah berencana memperluas sistem surveilans dengan memanfaatkan alat PCR yang sebelumnya digunakan untuk Covid-19. Alat ini akan diuji untuk diagnosis TBC melalui swab tenggorokan, yang akan diujicobakan di Jawa Barat.
“Kami mencoba metode swab tenggorokan menggunakan PCR, sama seperti yang digunakan untuk Covid-19. Selain itu, kami juga tengah mengembangkan USG dengan bantuan AI untuk mendeteksi pneumonia atau TBC,” jelas Budi.
Inovasi Kedua: Peningkatan Kualitas dan Efektivitas Pengobatan – Salah satu tantangan besar dalam pengobatan TBC adalah rendahnya tingkat penyelesaian pengobatan akibat durasinya yang panjang, yakni sekitar enam bulan.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah tertarik mengikuti uji klinis pengobatan baru yang memungkinkan penyembuhan hanya dengan satu kali suntikan atau pengobatan dengan durasi yang lebih singkat.
“Sekarang ini pasien harus menjalani pengobatan selama enam bulan. Kami berharap dapat mempersingkatnya menjadi satu bulan atau bahkan hanya dengan satu suntikan,” jelas Menkes.
Inovasi Ketiga: Pengembangan Vaksin TBC yang Lebih Efektif – Indonesia juga sedang melakukan uji klinis berbagai jenis vaksin TBC, termasuk vaksin M72 yang pernah diuji coba meski tingkat keberhasilannya rendah.
Menkes menyatakan, Indonesia siap berpartisipasi dalam uji klinis lebih lanjut untuk menemukan vaksin TBC yang lebih efektif.
“Kombinasi antara vaksin dan pengobatan yang efektif bisa menjadi kunci keberhasilan. Kami ingin terlibat dalam uji klinis berbagai vaksin TBC sehingga jika satu gagal, kami memiliki pilihan lain,” ungkap Menkes.
Dengan langkah-langkah inovatif ini, pemerintah berharap Indonesia dapat mengurangi angka kasus TBC secara signifikan dan mewujudkan target bebas TBC pada 2030.
Menkes mengajak semua pihak untuk bersinergi, mulai dari pemerintah, tenaga medis, hingga masyarakat, dalam mewujudkan Indonesia bebas TBC. (R)