Medan (buseronline.com) – Akibat hujan dengan intensitas yang cenderung deras, membuat terjadinya longsor yang menutup jalan Jamin Ginting.
Informasi yang didapat, tebing yang berada di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Berastagi ini longsor sekira pukul 18.30 WIB.
Akibat derasnya guyuran hujan, yang membuat kontur tanah menjadi semakin labil hingga akhirnya longsor.
Bencana longsor terjadi di wilayah pemandian air panas di Desa Semangat Gunung, Kecamatan Merdeka, Karo, Sumatera Utara (Sumut). Akibat longsor itu, 10 orang diperkirakan tertimbun material.
“Hingga kini, 10 orang masih dinyatakan hilang dan diduga tertimbun material longsor,” kata pihak berkompeten ke media.
Selain 10 orang yang dinyatakan hilang, beberapa bangunan juga rusak yakni delapan rumah warga, satu bungalow, Masjid Al-Hidayah, serta sejumlah kendaraan. Selain itu, sejumlah kendaraan juga tertimbun.
Adapun korban hilang, yakni Sehat br Surbakti (65), Elia Agustina (50), Ema Sari (26), Eliza Surbakti (4), Pia Surbakti (8), Jihan Selviani (23), Efriandri Surbakti (30), Farhan Nugraha (31) yang merupakan pegawai BRI Tanjungbalai, M Subhan Anas (40) selaku Kepala Unit BRI Tanjungbalai, dan satu orang yang belum diketahui identitasnya.
Akademisi Universitas Sumatera Utara Roy Fachraby Ginting, Minggu (24/11/2024) menyatakan keprihatinan atas Bencana tanah longsor di Kabupaten Karo dan Deliserdang yang membuat terputusnya hubungan transportasi antara Medan ke Tanah Karo dan ini semua dampak dari kerusakan hutan yang semakin parah dan pembiaran perusakan hutan selama ini.
Menurut Roy, rakyat saat ini juga tidak mau peduli dan pemerintah juga melakukan pembiaran sehingga kerusakan hutan semakin besar dan luas dan hal ini tentu tinggal menunggu bencana alam yang lebih besar sudah di depan mata kita, ungkap Roy Fachraby
Dikatakan cendekiawan yang cukup kritis ini, hutan atau kerangen dalam bahasa Karo memiliki manfaat yang baik bagi kehidupan seluruh makhluk hidup dan termasuk kita semua.
“Nenek moyang suku Karo sejak ratusan lalu sudah memberikan perhatian dan perlindungan hutan sebagai pemberi oksigen dan juga penyerap karbon dioksida dan menjadi sumber penghidupan masyarakat desa dengan konsep kerangen kuta dan tapin kuta/sungai yang di jaga ketat sekali dengan memadukan kepercayaan mistis atau keramat” kata Roy Fachraby Ginting.
Roy mengingatkan bahwa sejak dahulu masyarakat desa desa di Karo sungguh sadar bahwa hutan yang asri dan terjaga memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup mereka dan bagi seluruh umat manusia dan juga lingkungan, katanya.
Namun, ujar Roy, saat ini sudah tidak dipungkiri lagi, bahwa kita tidak peduli lagi dengan kerusakan hutan di depan mata kita dan sungguh menjadi suatu permasalahan besar dan tentu sangat memprihatinkan dengan keserakahan kita untuk membabat hutan dan merusak hutan dan tindakan itu semua ada di depan mata kita, katanya dengan prihatin.
Bagaimana tidak, kata Roy, hutan saat ini sudah banyak yang beralih fungsi menjadi kafe dan tempat tempat wisata. Pengerusakan seakan tidak terhindarkan dan celakanya, Pemerintah yang seharusnya sebagai garda terdepan untuk melindungi hutan seakan-akan diam dan tidak berkutik menyaksikan perambahan dan perusakan hutan di depan mata dan tentu hal ini tinggal menunggu waktu bencana besar akan mengancam kelangsungan hidup manusia dan tentu juga lingkungan, ungkapnya.
Banyak hutan di wilayah Tanah Karo Simalem dan sekitarnya seperti Deliserdang, Langkat dan Simalungun Atas serta Dairi yang kini menjadi gundul akibat ulah manusia yang egois dan serakah dengan melakukan penebangan liar dan juga alih fungsi lahan, kata Roy Fachraby
“Mereka sadar atau tanpa menyadari hal ini akan menjadi sumber bencana bagi kehidupan anak cucu kita dan mulai kita rasakan saat ini dengan longsor dan banjir bandang dan tentu hal itu bukan hanya manusia yang terancam, namun juga ekosistem makhluk hidup lain akan terancam”, katanya.
Roy mengingatkan bahwa kita seharusnya sadar bahwa hutan merupakan ekosistem kompleks yang berpengaruh pada hampir setiap spesies yang ada di bumi dan itu telah di ingatkan leluhur kita kalak Karo pentingnya kita Menjaga Kerangen Kuta dan Tapin Kuta sebagai sumber kehidupan, katanya.
Oleh karena itu kata Roy, kita memerlukan hadir pemimpin yang ada di eksekutif dan legislatif untuk sadar bahwa bencana ekologi sudah di depan mata kita dan mari berjuang bersama dan perlu ada yang memimpin kita berjuang dan menyatukan kekuatan putra putri Karo yang sudah duduk di pemerintahan dan duduk di DPRD serta DPR RI untuk segera bersatu untuk pendampingan rakyat dalam berjuang untuk mewujudkan aspirasi rakyat dalam melawan gerakan perambahan dan perusakan hutan yang saat ini sudah menjadi sumber Bencana yang besar bagi kita semua kata Roy Fachraby Ginting. (P2)