Bali (buseronline.com) – Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin, menekankan pentingnya diversifikasi produsen vaksin dan transfer teknologi dalam meningkatkan kapasitas produksi vaksin secara global.
Dalam pertemuan Gavi Board yang berlangsung di Bali, Menkes Budi mengungkapkan bahwa pengalaman pandemi Covid-19 memberikan pelajaran penting, yaitu negara tidak boleh bergantung hanya pada satu produsen vaksin untuk memastikan ketersediaan vaksin yang cukup.
Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI), yang bertujuan meningkatkan akses vaksin di negara-negara berkembang, menjadi mitra strategis dalam upaya ini. GAVI berfokus pada pengadaan vaksin yang terjangkau, penguatan sistem imunisasi, serta penyediaan bantuan teknis dan pendanaan bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Selain itu, GAVI juga berkolaborasi dengan berbagai mitra global untuk memperluas cakupan imunisasi secara berkelanjutan, guna mengurangi angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.
Menkes Budi mengungkapkan bahwa sebelumnya Indonesia hanya memiliki satu produsen vaksin, yaitu Biofarma. Namun, dalam dua tahun terakhir, jumlah produsen vaksin di Indonesia telah meningkat menjadi tiga, dengan dua di antaranya berasal dari sektor swasta.
Indonesia juga berencana untuk menambah satu produsen lagi dalam waktu dekat, menjadikan total produsen vaksin di tanah air menjadi empat. “Selain itu, Indonesia juga aktif melakukan transfer teknologi dengan produsen vaksin global. Salah satu contoh terbaru adalah kerja sama antara Merck Sharp Dohme (MSD) dan Biofarma untuk produksi vaksin HPV,” ujar Menkes Budi.
“Biofarma saat ini juga memproduksi vaksin polio yang didistribusikan ke 150 negara melalui program UNICEF,” tambahnya.
Indonesia juga mendorong Biofarma untuk segera mendapatkan sertifikasi WHO PQ (Prequalification), meskipun prosesnya cukup panjang dan birokratis. Dengan bantuan Indonesia, proses sertifikasi WHO PQ kini mulai disederhanakan, yang akan mempercepat ketersediaan vaksin global.
Menkes Budi menyatakan bahwa Indonesia juga berperan aktif dalam mendukung transfer teknologi ke negara-negara berkembang. Salah satu contoh konkret adalah kerja sama Biofarma dengan Senegal untuk meningkatkan kapasitas produksi vaksin di Afrika.
“Saya percaya kapasitas produksi vaksin tidak boleh terkonsentrasi hanya di negara-negara utara. Teknologi harus didistribusikan ke negara-negara selatan agar lebih banyak nyawa dapat diselamatkan. Pengetahuan ini harus dibagikan sebanyak mungkin kepada perusahaan lain,” tegas Menkes Budi.
Langkah-langkah ini, menurut Menkes Budi, merupakan bagian dari komitmen Indonesia untuk memperkuat kerja sama global dalam menghadapi tantangan kesehatan di masa depan dan untuk memastikan pasokan vaksin yang cukup guna mencegah pandemi di masa yang akan datang. (R)