Jakarta (buseronline.com) – Dalam upaya mengatasi tantangan besar yang dihadapi sistem kesehatan di Indonesia, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan tiga langkah strategis yang akan diambil pemerintah. Pengumuman ini disampaikan dalam acara IPMG Stakeholders Forum 2024 yang berlangsung di Jakarta pada Kamis.
Langkah pertama adalah memastikan ketersediaan obat. Menkes Budi menjelaskan bahwa pandemi COVID-19 telah mengungkapkan kelemahan dalam sistem ketahanan kefarmasian dan alat kesehatan Indonesia.
Untuk itu, pemerintah akan mendorong produksi obat dan alat kesehatan di dalam negeri. “Kita sukses melakukan fraksionasi plasma darah dan harapannya mulai tahun 2026 kita mulai produksi Albumin di Indonesia,” ujarnya.
Selanjutnya, pemerintah akan fokus pada peningkatan akses terhadap obat inovatif. Menkes menegaskan bahwa Indonesia telah menginisiasi Health Technology Assessment (HTA) Satu Pintu Satu Standar, yang memungkinkan para stakeholder untuk mengusulkan kajian mandiri mengenai teknologi kesehatan.
Proses persetujuan uji klinik dan registrasi obat juga akan dipercepat agar masyarakat dapat lebih cepat mengakses obat-obatan inovatif.
Langkah ketiga adalah menurunkan harga obat yang masih tinggi di Indonesia. Menkes mengungkapkan bahwa harga obat di tanah air bisa mencapai 1,5 hingga 5 kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan harga di Singapura dan Malaysia.
Faktor utama yang mempengaruhi tingginya harga obat adalah biaya marketing dan distribusi yang mahal. Pemerintah berkomitmen untuk menciptakan sistem yang lebih efisien guna menurunkan harga obat dan memastikan obat dapat dijangkau oleh masyarakat.
Dalam kesempatan tersebut, Menkes juga mengajak kolaborasi antara pemerintah, industri farmasi, penyedia layanan kesehatan, dan tenaga kesehatan untuk mencapai tiga tujuan utama ini.
“Kami membutuhkan dukungan Anda. Tujuan kami jelas, yakni memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan biaya yang terjangkau, terutama dalam hal ketersediaan obat-obatan,” tambah Menkes.
Ketua IPMG, Ait-Allah Mejri, memberikan apresiasi terhadap kemajuan sektor kesehatan Indonesia, terutama pasca pandemi Covid-19. Ia menyatakan dukungannya terhadap upaya pemerintah, khususnya dalam penguatan manufaktur lokal.
IPMG juga meluncurkan lima pilar Manifesto untuk memperkuat strategi farmasi nasional, yang mencakup penguatan regulasi, percepatan penilaian teknologi kesehatan, dan prioritas pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan.
Manifesto IPMG diharapkan dapat meningkatkan daya saing Indonesia di kawasan Asia-Pasifik, memperkuat infrastruktur kesehatan, serta menciptakan sistem kesehatan yang transparan, efisien, dan berkelanjutan. (R)