Bogor (buseronline.com) – Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) RI Atip Latipulhayat menegaskan komitmen Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan inklusif bagi semua kalangan.
Pernyataan ini disampaikan dalam kunjungan kerjanya ke Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada acara Lokakarya Pembangunan Ramah Keluarga bertema “Urgensi Kebijakan dan Implementasi Rekomendasi Pembangunan Ramah Keluarga (PRK) dalam Mewujudkan Keluarga dan Bangsa Berketahanan”, Sabtu.
“Kita harus kembali ke pondasi pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan yang bermutu untuk semua. Ini bukan hanya cita-cita, tetapi sebuah keharusan dalam membangun bangsa yang berdaya saing,” ujar Wamen Atip.
Dalam sambutannya, Wamen Atip menekankan perlunya perubahan paradigma pendidikan dari sekadar schooling (bersekolah) menjadi learning (belajar). Ia menjelaskan bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga melibatkan proses belajar sepanjang hayat dengan keluarga sebagai pilar utamanya.
“Keluarga adalah jangkar utama pendidikan. Kebiasaan baik yang ditanamkan di rumah akan membentuk karakter anak secara berkelanjutan,” ungkapnya.
Sebagai langkah nyata, Wamen Atip mengumumkan rencana deklarasi Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat pada 27 Desember mendatang. Kebiasaan tersebut meliputi bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan istirahat cepat.
Inisiatif ini bertujuan membangun karakter anak sejak dini dengan keluarga sebagai institusi pendidikan pertama.
Merujuk pada rendahnya skor Indonesia dalam PISA (Programme for International Student Assessment), Wamen Atip menyoroti perlunya pendekatan pembelajaran yang lebih menyenangkan (joyful learning), terutama dalam pelajaran matematika dan sains.
“Matematika sering kali dianggap menakutkan oleh siswa. Oleh karena itu, kita harus menghadirkan metode pembelajaran yang lebih menarik dan mudah dipahami. Ini bukan hanya tugas guru, tetapi juga peran keluarga dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung,” jelasnya.
Sebagai penutup, Wamen Atip mengajak semua pemangku kepentingan, termasuk keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan, untuk bersinergi dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik.
Ia juga menegaskan pentingnya revisi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional agar sistem pendidikan dasar, menengah, dan tinggi dapat terintegrasi dalam kerangka hukum yang terpadu.
“Pendidikan adalah tanggung jawab bersama. Mari kita bangun sinergi untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter kuat dan bermartabat sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan kita,” tutupnya.
Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk nyata komitmen Kemendikdasmen untuk menciptakan sistem pendidikan nasional yang lebih inklusif, berbasis karakter, dan berdaya saing tinggi. (R)