Jakarta (buseronline.com) – Menkes Budi Gunadi Sadikin meminta program adaptasi dokter spesialis WNI lulusan luar negeri ditingkatkan agar lebih cepat dan transparan. Hal ini disampaikan Menkes saat menyerahkan Surat Tanda Registrasi (STR) Seumur Hidup kepada dokter spesialis asal Indonesia yang telah menyelesaikan program adaptasi di Jakarta, Senin.
Menkes Budi menginginkan lebih banyak dokter spesialis asal Indonesia yang belajar di negara-negara asing untuk kembali ke Tanah Air demi memperkuat sektor kesehatan nasional.
Untuk mencapai target tersebut, Menkes meminta Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan (Ditjen Nakes) terus memperbaiki proses adaptasi dokter spesialis. “Begitu proses adaptasi selesai, kita harus terus melakukan perbaikan,” ujarnya.
Hingga Desember 2024, Menkes menyebut ada 77 dokter spesialis pemohon program adaptasi yang berasal dari 11 negara, seperti Jerman, Filipina, China, Malaysia, Nepal, Rusia, Ukraina, Jepang, Thailand, Belanda, dan Inggris.
Dari jumlah tersebut, 32 dokter telah ditempatkan di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di berbagai daerah di Indonesia. Namun, ada 17 dokter spesialis yang belum memenuhi standar kompetensi nasional dan sedang mengikuti penambahan kompetensi di sembilan rumah sakit pendidikan.
Selain itu, Menkes juga mencatat ada 8 pemohon yang mengundurkan diri, 16 pemohon ditolak, dan 7 dokter spesialis berhasil menyelesaikan proses adaptasi serta mendapatkan STR Seumur Hidup.
Menkes meminta Ditjen Nakes untuk menjelaskan secara terbuka alasan penolakan dan pengunduran diri tersebut kepada individu maupun publik.
“Saya mendengar banyak ditolak karena mengambil spesialis master degree, bukan melalui program pelatihan. Ini harus dijelaskan. Bagi yang mengundurkan diri, kita perlu tahu alasan mereka mundur,” tegas Menkes.
Menkes juga mengusulkan agar proses adaptasi dokter spesialis dapat dipangkas waktunya agar lebih cepat. “Bisa nggak waktunya dipendekkan, agar prosesnya tidak terhambat administrasi yang panjang,” tambah Menkes Budi.
Ia juga menginginkan perluasan program adaptasi hingga ke level subspesialis agar dapat menarik lebih banyak minat calon dokter spesialis dan subspesialis.
Untuk meningkatkan partisipasi dokter spesialis asal Indonesia di luar negeri, Menkes meminta mereka yang telah selesai mengikuti program adaptasi untuk membantu mempromosikan program ini melalui media sosial.
“Sosialisasikan ke teman-teman di luar bahwa proses adaptasi lebih mudah. Berikan masukan kepada kami jika ada hal yang perlu diperbaiki. Kami ingin lebih banyak dokter diaspora mengetahui hal ini sehingga mereka bisa kembali,” pintanya.
Program adaptasi dokter spesialis ini merupakan bagian dari Transformasi SDM Kesehatan untuk pemerataan akses layanan spesialistik di Indonesia.
Melalui program ini, diharapkan dokter dapat menyesuaikan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan standar kompetensi nasional, serta memahami sistem kerja profesional di lingkungan kesehatan Indonesia.
Pemerintah berharap program ini dapat membantu memenuhi kebutuhan tenaga medis spesialistik, terutama di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan, demi meningkatkan akses serta kualitas pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia. (R)