Jakarta (buseronline.com) – Pemerintah berhasil menjaga defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024 di level 2,29% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), lebih rendah dari perkiraan Semester I 2024 yang sebesar 2,70%. Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Thomas A M Djiwandono dalam Konferensi Pers APBN Kita di Jakarta, Senin.
“Defisit ini berhasil ditekan berkat kinerja penerimaan negara yang kuat dan pengendalian belanja yang efektif. Pemerintah tetap menjaga keberlanjutan program prioritas sambil memastikan APBN berfungsi sebagai shock absorber untuk melindungi daya beli masyarakat,” ungkap Wamenkeu Thomas.
Thomas menambahkan, pembiayaan utang tahun 2024 berhasil ditekan hingga Rp91,5 T, mencerminkan pengelolaan yang terukur dan optimalisasi pembiayaan non-utang yang lebih produktif. Selain itu, Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) mencapai Rp45,4 T, menjadi cadangan penting untuk menghadapi tantangan fiskal pada 2025.
“SILPA ini memperkuat buffer fiskal untuk menghadapi dinamika ekonomi yang mungkin terjadi di tahun depan,” jelasnya.
Pasar Surat Berharga Negara (SBN) juga menunjukkan daya tarik tinggi bagi investor, dengan inflow mencapai Rp34,59 T sepanjang 2024. Likuiditas pasar yang terjaga turut mendukung stabilitas yield SBN, dengan rata-rata bid to cover ratio lelang mencapai 2,3 kali.
“Stabilitas ekonomi domestik yang solid dan pengelolaan fiskal yang kredibel menjadi faktor utama yang meningkatkan kepercayaan investor,” tutur Thomas.
Hingga akhir 2024, pemerintah merealisasikan pembiayaan investasi sebesar Rp81,49 T untuk mendukung sektor-sektor prioritas, termasuk pendidikan, perumahan, infrastruktur, transportasi, serta penguatan ekspor nasional.
“Pembiayaan ini memberikan dampak nyata bagi peningkatan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat,” imbuhnya.
Dengan capaian tersebut, pemerintah optimis menghadapi dinamika ekonomi global di 2025. Thomas menegaskan bahwa APBN tetap diarahkan untuk mendukung stabilitas ekonomi dan pembangunan berkelanjutan, terutama melalui kebijakan fiskal yang efisien dan tepat sasaran.
“Keberhasilan ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga kredibilitas pengelolaan fiskal dan memastikan manfaat nyata bagi masyarakat,” tutupnya.
Capaian positif dalam pengelolaan defisit APBN ini menjadi sinyal kuat bahwa ekonomi Indonesia terus bergerak menuju arah yang lebih stabil dan berkelanjutan, meski menghadapi tantangan global yang dinamis. (R)