![](https://buseronline.com/wp-content/uploads/2024/11/natal.jpeg)
Banjarmasin (buseronline.com) – Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) terus berupaya mendorong pendidikan berkualitas yang inovatif dan berkelanjutan.
Dalam kunjungannya ke SMA Negeri 7 Banjarmasin, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, menekankan pentingnya keunggulan yang berdiferensiasi dalam dunia pendidikan.
“Kita dituntut untuk menghadirkan pendidikan berkualitas dengan keunggulan yang berbeda-beda. Hal ini juga tidak terlepas dari peran pendidik yang harus memiliki kompetensi dan kepemimpinan yang kuat,” ujar Wamen Atip dalam dialog bersama guru dan siswa pada Sabtu.
Selain berdiskusi dengan para pendidik dan siswa, Wamen Atip juga meninjau program pengelolaan sampah daur ulang yang dikelola oleh enam siswa SMA Negeri 7 Banjarmasin.
Program ini telah berjalan selama satu tahun dan berawal dari lomba Wirausaha Ekonomi Hijau yang diselenggarakan oleh Kalsel Kreatif.
Salah satu anggota tim, Affanda Rasya Ramadhan, menjelaskan bahwa program ini bertujuan mengatasi masalah sampah plastik di lingkungan sekolah.
“Kami melihat banyaknya tumpukan botol plastik di sekolah, sehingga kami membuat keranjang sampah khusus botol plastik di setiap dua kelas. Setiap satu atau dua minggu sekali, kami mengumpulkan dan memilah sampah tersebut. Tutup botol, botol, dan labelnya dipisahkan untuk diolah lebih lanjut,” ungkapnya.
Dari hasil pengolahan, tutup botol dijadikan gantungan kunci sebagai produk wirausaha, sementara botol dan labelnya digunakan untuk ecobrick.
Berkat inovasi ini, tim mereka berhasil meraih juara kedua dalam lomba tingkat Kalimantan Selatan.
Affanda juga menjelaskan proses pembuatan gantungan kunci berbahan dasar plastik daur ulang.
“Tutup botol dicacah menggunakan mesin, dilelehkan di oven, lalu diratakan menjadi kepingan. Setelah mengeras, kepingan tersebut dipotong menjadi berbagai bentuk huruf menggunakan mesin potong manual, lalu dihaluskan,” jelasnya.
Meskipun program berjalan baik, mereka masih menghadapi tantangan, terutama dalam keterbatasan alat produksi.
“Saat ini, bentuk yang bisa kami buat masih terbatas. Kami berharap dengan mesin yang lebih baik, kami bisa menciptakan bentuk yang lebih beragam,” tambah Affanda.
Sebagai upaya keberlanjutan, tim yang terdiri dari siswa kelas 12 ini telah menyiapkan generasi penerus agar program terus berjalan.
“Kami ingin program ini tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang lebih besar. Kami berharap siswa berikutnya dapat menemukan solusi baru untuk isu lingkungan lainnya,” katanya.
Kemendikdasmen mengapresiasi inisiatif siswa SMA Negeri 7 Banjarmasin dalam mengembangkan program berbasis kepedulian lingkungan yang juga bernilai wirausaha.
Diharapkan, inovasi seperti ini dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk menciptakan pendidikan yang tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga berdampak sosial dan lingkungan secara positif. (R)