
Cikampek (buseronline.com) – PT Katalis Sinergi Indonesia (KSI) resmi memulai produksi perdana Adsorben SGB (Sulphur Guard Bed) dan Katalis ME-Kat 200 di pabriknya yang berlokasi di Kawasan Industri Kujang, Cikampek, Jawa Barat.
Produksi ini menjadi langkah strategis dalam mendukung kemandirian energi nasional serta mengurangi ketergantungan impor katalis.
Momen bersejarah ini turut disaksikan oleh Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Republik Indonesia, Todotua Pasaribu, sebagai bentuk dukungan pemerintah terhadap pengembangan industri katalis dalam negeri.
PT Katalis Sinergi Indonesia merupakan perusahaan hasil sinergi antara PT Pertamina Lubricants, PT Pupuk Kujang, dan PT Rekacipta Inovasi ITB.
Proyek ini juga masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) yang ditargetkan untuk memperkuat industri katalis domestik, mendukung pengembangan energi hijau, serta menekan ketergantungan impor.
Adsorben SGB berperan dalam meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi bahan bakar ramah lingkungan, sedangkan Katalis ME-Kat 200 digunakan dalam proses produksi Methyl Ester menjadi Fatty Alcohol, yang menjadi bahan baku produk turunan minyak nabati dan bahan kimia ramah lingkungan.
Dengan kapasitas produksi yang besar, pabrik KSI di Cikampek diharapkan mampu memenuhi kebutuhan katalis dalam negeri sekaligus membuka peluang ekspor di masa depan.
Direktur Utama PT Katalis Sinergi Indonesia, Hadiyanto, menegaskan bahwa produksi perdana ini merupakan hasil dari riset intensif dan kolaborasi yang solid antara industri dan akademisi.
“Kami bangga menjadi bagian dari upaya mewujudkan kemandirian energi nasional. Dengan memproduksi katalis secara lokal menggunakan teknologi anak bangsa, kami dapat meningkatkan efisiensi biaya, daya saing industri, serta mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) melalui inovasi teknologi hijau,” jelasnya.
Senada dengan hal tersebut, Direktur Utama PT Pertamina Lubricants, Werry Prayogi, menyatakan bahwa sinergi ini membuktikan bahwa industri dalam negeri mampu menghasilkan inovasi yang strategis.
“Kolaborasi ini menunjukkan bahwa industri nasional dapat bersaing secara global. Pertamina Lubricants siap mendukung produksi katalis ini sebagai bagian dari upaya menciptakan masa depan energi yang berkelanjutan,” ujarnya.
Sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional, KSI tidak hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan katalis domestik, tetapi juga membuka jalan bagi pengembangan katalis inovatif lainnya untuk mendukung berbagai sektor industri, termasuk energi terbarukan dan petrokimia.
Produksi katalis ini menjadi pilar penting dalam transisi energi nasional, memastikan ketersediaan katalis berkualitas tinggi untuk industri pengolahan bahan bakar ramah lingkungan dan pengembangan energi terbarukan.
Dengan memproduksi katalis secara lokal, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan impor, menekan biaya produksi, serta meningkatkan efisiensi sektor energi.
Selain itu, inovasi ini mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan menyediakan katalis yang lebih efisien dan ramah lingkungan untuk biodiesel, bioavtur, serta energi hijau lainnya.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, menyatakan bahwa Pertamina berkomitmen untuk mendukung inovasi ini sebagai langkah strategis menuju swasembada energi nasional.
“Inovasi produksi katalis ini merupakan bagian dari komitmen Pertamina dalam mendukung pengembangan energi hijau dan hilirisasi produk migas di Indonesia,” ujarnya.
Sebagai pemimpin transisi energi, Pertamina terus mendorong program yang berdampak langsung terhadap Sustainable Development Goals (SDGs) serta menerapkan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnisnya.
Keberhasilan produksi katalis ini menandai langkah besar Indonesia dalam membangun ekosistem industri berbasis riset dan inovasi, memperkuat kedaulatan energi nasional, serta menempatkan Indonesia sebagai pemimpin dalam teknologi energi berkelanjutan di tingkat global. (R)