Padang (buseronline.com) – Menjaga sinergi dan kolaborasi antara pemerintah dan universitas sangat penting untuk membantu menurunkan beban layanan katastropik seperti jantung, kanker, stroke dan ginjal. Salah satunya adalah Universitas Andalas, Padang.
Hal itu dikatakan Wakil Menteri Kesehatan (Menkes) RI Dante Saksono Harbuwono saat menghadiri Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Universitas Andalas bertajuk ”Integrasi Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan Pada Era Post Genomic,” di Gedung Convention Hall, Padang.
Menurutnya upaya ini perlu diperkuat mengingat saat ini, Indonesia masih dihadapkan pada penyakit katastropik yang menyebabkan kematian tinggi sekaligus beban pembiayaan terbesar di Indonesia. Bahkan presentase keduanya terus meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan data BPJS Kesehatan tahun 2022, beban pembiayaan penyakit tidak menular mencapai Rp24.1 triliun. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2021, yang mana beban pembiayaannya sebesar Rp17.9 triliun.
Tingginya kasus dan beban pembiayaan ini, lanjut Wakil Menkes dihadapkan pada beberapa berbagai hambatan diantaranya kurangnya akses ke layanan rumah sakit rujukan terutama di daerah terpencil, kurangnya kualitas layanan rumah sakit, waktu tunggu yang lama untuk mendapatkan layanan dan kurangnya pemerataan alat dan dokter spesialis di seluruh Indonesia.
Hambatan ini menjadi tantangan yang harus segera di selesaikan secara bersama-sama. Tidak hanya pemerintah, melainkan seluruh komponen bangsa termasuk didalamnya adalah pihak universitas. ”Kolaborasi universitas dengan pemerintah dalam membantu menurunkan beban katastropik sungguh sangat erat,” katanya.
Kolaborasi antara pemerintah dan universitas, lanjutnya, diharapkan bisa mempercepat pengendalian penyakit katastropik di Indonesia. Salah satu kontribusinya dengan merekomendasikan inovasi dan intervensi kesehatan untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan kesehatan.
”Hari ini melalui pengukuhan 3 guru besar di Universitas Andalas diharapkan ketiganya bisa memberikan sumbangan untuk melakukan sinergisme tri dharma perguruan tinggi yakni pengabdian masyarakat, penelitian dan pendidikan untuk menciptakan ekosistem dimana kita bisa berkontribusi pada pembangunan kesehatan,” jelasnya.
Tiga guru besar yang dikukuhkan yakni Prof Dr dr Wirsma Arif Harahap SpB(K)Onk sebagai Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Bedah dan Onkologi, Prof Dr dr Aisyah Elliyanti SpKN (K) MKes sebagai Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Kedokteran Nuklir dan Prof dr Hardisman MHID Dr PH FRSPH sebagai Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas.
Dante melanjutkan implementasi dari tri dharma perguruan tinggi di sektor kesehatan bisa diwujudkan dalam beberapa hal, diantaranya melakukan riset penyakit katastropik untuk mampu menghasilkan rekomendasi PNPK, best practice, atau evaluasi kebijakan.
Mendidik tenaga kesehatan dengan meningkatkan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan. Menghasilkan produk inovasi obat, alkes, atau teknologi lain yang dapat membantu pencegahan atau tatalaksana penyakit katastropik.
”Hanya dengan kolaborasi universitas dan Kementerian Kesehatan, maka penyakit katastropik yang kita hadapi bisa diturunkan bersama-sama,” ujarnya.
Rektor Universitas Andalas Prof Dr Tulis Sri SH MH menyebutkan pihaknya siap berkolaborasi dengan pemerintah untuk membantu penanganan penyakit katastropik di Indonesia, salah satunya dalam hal peningkatan produksi tenaga kesehatan.
Hal ini sejalan dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan dan Perguruan Tinggi tentang penambahan kuota penerimaan mahasiswa kedokteran yang ditetapkan pada tahun 2022.
”Insya Allah langkah ini akan kami lakukan, tentu ini membutuhkan kesiapan kita. Kita tidak ingin menambah kuota daya tampung namun kekurangan fasilitas, karenanya kita siapkan semua sarana dan prasarananya,” katanya.
Ia melanjutkan, penambahan kuota penerimaan mahasiswa kedokteran juga berlaku untuk dokter spesialis.
”Melalui pak dekan, kepada semua teman-teman spesialis, PPDS dan dukungan RS jejaring, khusus untuk dokter spesialis kita tambah semuanya, tapi tetap dengan kriteria dan standar yang harus dipenuhi. Semua pendidikan harus berjalan dengan tertib, kualitasnya juga harus ditentukan,” jelasnya.
Untuk mewujudkan pendidikan kesehatan ini, Universitas Andalas akan didukung oleh 14 fakultas, yang mana 5 diantaranya adalah fakultas kesehatan yakni Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Keperawatan.
Tak hanya itu, ada juga Rumah Sakit Universitas Andalas yang telah dilengkapi dengan peralatan kesehatan yang canggih dan modern, salah satunya Linac.