26 C
Medan
Sabtu, November 23, 2024

Prof Tjandra Yoga Aditama Buka Suara Soal Beda Layanan Kesehatan di Indonesia dan Luar Negeri

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Sejak cuitan komedian Kiky Saputri viral, tidak sedikit publik yang kemudian menceritakan pengalaman pribadi mereka saat berobat ke luar negeri.

Beberapa orang merasa layanan fasilitas kesehatan di Indonesia jauh tertinggal dari luar negeri, termasuk dari cepatnya ditangani, kejelasan informasi, hingga lebih murah.

Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama membuka suara soal gaduh beda layanan kesehatan di Indonesia dan luar negeri.

Berawal dari cuitan komedian Kiky Saputri yang curhat saat mertuanya hanya di diagnosis flu di Singapura, setelah sebelumnya disebut terkena ‘stroke kuping’.

Prof Tjandra menyayangkan istilah semacam itu kemudian diartikan beragam hal, di satu sisi dokter Indonesia dianggap tidak mumpuni.

Sementara di sisi lain, istilah ‘stroke kuping’ sebenarnya umum dipakai, bahkan dalam dunia medis internasional.

“Di-google saja kan ada penjelasan ‘ear stroke also known as sudden sensorineural hearing loss’, tanpa bermaksud berpolemik, tetapi informasi yang beredar memang perlu dianalisa benar atau tidaknya,” kata Prof Tjandra dalam keterangan yang diberikan kepada media di Jakarta.

“Tentu ada variasi dalam tenaga kesehatan di negara kita antara tempat satu dan lainnya, hanya saja secara umum sebenarnya pelayanan kesehatan terus membaik dari waktu ke waktu,” jelas Prof Tjandra.

Soal harga, Prof Tjandra mengaku beberapa pengobatan dan pelayanan di luar negeri memang relatif lebih murah. Meski tidak memiliki angka pasti terkait perbandingannya, salah satu yang bisa dilihat secara signifikan adalah harga alat kedokteran.

“Termasuk lebih mahal di Indonesia daripada di sebagian negara tetangga,” jelas Prof Tjandra lanjut.

“Pengalaman pribadi misalnya, teman-teman dokter yang datang atau belajar ke India waktu saya bekerja di WHO dan berdomisili di New Delhi maka banyak yang pulang membawa berbagai alat kesehatan yang memang lebih murah harganya,” lanjut Prof Tjandra.

Seperti di India, harga obat-obatan di sana juga jauh lebih terjangkau. Namun, lain halnya dengan kemampuan tenaga dokter di Indonesia, Prof Tjandra memastikan dokter dan pakar di Indonesia kualitasnya tidak kalah dengan berbagai anggota organisasi internasional kesehatan dan kedokteran dunia.

Berita Lainnya

Berita Terbaru