Medan (buseronline.com) – Angka balita stunting di Kota Medan mengalami penurunan drastis. Tercatat penimbangan balita di tahun 2022 bulan Februari sebanyak 550 balita menderita stunting, bulan Agustus di tahun yang sama jumlah balita stunting turun di angka 364 balita.
Kemudian di bulan Februari tahun 2023 angka stunting kembali turun menjadi 298 balita. “Jumlah balita stunting di Kota Medan secara umum mengalami penurunan dari tahun 2022 sampai tahun 2023. Jika dilihat dari angka prevalensi di tahun 2022 bulan Februari, prevalensi stunting di angka 0,46 persen. kemudian turun di angka 0,31 persen pada bulan Agustus. Di tahun 2023 bulan Februari angka prevalensi stunting kembali turun di angka 0,19 Persen,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan Taufik Ririansyah ketika dikonfirmasi.
Ia mengatakan penurunan angka stunting ini berkat program dan upaya yang dilakukan bapak Wali Kota Medan Bobby Nasution dalam penanganan stunting. Artinya selain melaksanakan delapan program aksi integrasi penanganan stunting, Pemko Medan juga melakukan inovasi untuk menurunkan angka stunting.
Taufik Ririansyah menambahkan dalam menurunkan angka stunting Pemko Medan membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Medan. Kemudian dengan anggaran yang ada Pemko Medan merencanakan 15 program, 16 kegiatan dan 29 sub kegiatan yang dilakukan oleh Perangkat Daerah dan pihak Kecamatan.
Selain itu Pemko Medan juga telah menggelar Rembuk Stunting mulai dari tingkat kecamatan sampai dengan tingkat kota. “Terdapat 5 Program atau inovasi yang telah dilakukan Pemko Medan dalam menurunkan angka stunting. Diantaranya mencanangkan program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS) dimana berbagai elemen mulai dari Pemko Medan Unsur Forkopimda dan pihak swasta bergotong-royong menurunkan angka stunting dengan menyasar langsung kepada balita stunting,” jelasnya.
Kemudian, lanjut Taufik Ririansyah program lainnya yang telah dilakukan adalah Goes To Campus Cegah Stunting. Melalui program ini kita lakukan pendekatan terhadap Perguruan Tinggi sebagai upaya strategi percepatan penurunan stunting.
Selain itu Pemko Medan juga telah menjalankan program Sistem Kolaborasi Dana Kelurahan (Sikodak), dimana inovasi ini mengintegrasikan database stunting, baik itu kemiskinan, DTKS, data UMKM dan data jalan sehingga mempermudah perangkat daerah menentukan sasaran pelaksanaan program kegiatan.
“Inovasi lainnya yang telah kita lakukan adalah pondok gizi Cegah Stunting (Ceting) yang dilakukan secara swadana Program ini kerjasama antara Dinas Kesehatan, Puskesmas, Dinas PPKB, Kecamatan, Kelurahan, LPM dan sektor Swasta. Pondok gizi Ceting merupakan program pemberian makanan tambahan bergizi. Artinya kita sediakan makanan bergizi dan diberikan langsung kepada anak balita stunting,” sebutnya.
Taufik juga menyampaikan program yang telah dilakukan Bobby Nasution dalam menurunkan angka stunting adalah Bedah Rumah Keluarga Balita Stunting. Dimana sebanyak 22 unit Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di kawasan Kelurahan Tegal Sari Mandala III, Kecamatan Medan Denai telah selesai diperbaiki dan penyerahan kunci juga telah diberikan langsung Bobby Nasution.
“Program bantuan UMKM bagi keluarga balita yang terkena stunting guna menggerakkan perekonomian keluarganya juga merupakan bagian dari upaya yang telah dilakukan Pemko Medan dalam menangani stunting. Sebab perekonomian juga berdampak terhadap kurangnya asupan gizi untuk balita apalagi dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga mengakibatkan balita menjadi stunting,” ujarnya.
Ia mengatakan Pemko Medan ke depannya akan terus fokus untuk menurunkan angka stunting di Kota Medan dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat. Artinya kolaborasi semua pihak sangat dibutuhkan dalam penanganan stunting.
Selain itu kontribusi dan kepedulian bersama bisa mengentaskan masalah stunting yang diketahui merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis.