Medan (buseronline.com) – Membantu pemerintah dan berkontribusi dalam upaya penurunan angka stunting di Provinsi Sumut, Dharma Wanita Persatuan (DWP) Sumut mengadakan penyuluhan tentang stunting bagi para kader DWP se-Sumut.
Dengan harapan para kader DWP dapat mengampanyekan pencegahan stunting mulai dari keluarga hingga masyarakat.
“Kita sebagai istri ASN ingin ikut membantu dan berkontribusi kepada pemerintah dalam penurunan angka stunting. Jadi kita ingin bergerak bersama-sama meningkatkan kesadaran dan pengetahuan seorang ibu untuk mencegah anak stunting,” kata Ketua DWP Sumut Dian Arief S Trinugroho pada penyuluhan stunting melalui zoom di Aula Kantor DWP Sumut, Jalan Cik Ditiro, Nomor 8 Medan.
Dian menjelaskan stunting merupakan ancaman bagi kualitas daya saing generasi muda. Karena stunting tidak hanya menggangu pertumbuhan fisiknya, tetapi menggangu perkembangan dan kecerdasan anak untuk berprestasi dan berkreativitas di usia-usia produktif.
“Akibat kurangnya asupan gizi selama dalam kandungan, kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi, kurang menjaga perilaku hidup bersih, ini akan meningkatkan risiko stunting ” jelas Dian.
Berdasarkan Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, Sumut berhasil menurunkan angka prevalensi stunting sebesar 4,7%, menjadi 21,1%, dari sebelumnya 25,8% pada tahun 2021. Sedangkan target tahun 2023 mencapai 18,55% dan di tahun 2024 mencapai 14,92%.
Untuk itu, ia berharap dengan diselenggarakannya penyuluhan ini, kader DWP mengerti dan memahami arti pentingnya mencegah stunting pada anak yang bisa dimulai dari lingkungan keluarga secara khusus dan masyarakat secara umum.
Sementara narasumber dari akademisi Politeknik Negeri Medan Haripin Togap Sinaga mengatakan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak Balita, akibat kekurangan gizi kronis selama dalam kandungan dan akan terlihat setelah anak berusia 2 tahun.
Stunting bisa dicegah dengan melakukan perilaku hidup bersih, konsumsi gizi yang cukup bagi ibu hamil. Karena bukan hanya konsumsi gizi yang kurang jadi penyebab anak stunting tetapi faktor lingkungan sangat menentukan.
“Bukan hanya makanan penyebab stunting, polusi seperti asap rokok juga harus dihindari ibu hamil dan menyusui. Jadi 30% dari makanan dan 70% dari faktor lingkungan yang mempengaruhi anak stunting, ” jelasnya.
Haripin juga berharap melalui penyuluhan stunting yang digelar DWP Sumut tersebut, upaya pencegahan stunting dapat terus dikampanyekan, terutama bagi keluarga muda yang tinggal di pelosok-pelosok desa, agar mereka paham tentang apa itu stunting dan pencegahannya.