Kebumen (buseronline.com) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah kembali menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) di sejumlah desa miskin dan yang mengalami kekeringan seiring naiknya harga beras, di Desa Tanggulangin, Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen. Sejumlah kebutuhan pokok dijual murah, agar masyarakat merasa terbantu.
Kepala Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pasokan Pangan, Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah Sri Broto Rini mengatakan saat ini pihaknya melakukan kegiatan GPM.
“Sasaran kami di desa miskin, termasuk kemiskinan ekstrem. Seperti di Desa Tanggulangin. Sehingga kegiatan bisa diselenggarakan di sini. Dengan harga yang terjangkau ke masyarakat atau di bawah harga pasar,” kata Rini, di sela kegiatan di Kebumen.
Hal tersebut, imbuh dia, bisa terlaksana karena Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah melakukan fasilitasi distribusi, yang gunanya untuk menurunkan harga. Dengan GPM ini, pemprov sudah mengurangi biaya transport, packing, hingga bongkar muat. Sehingga harga di tingkat produsen bisa diturunkan atau jauh di bawah harga pasar.
Rini mencontohkan, harga telur dari kandang Rp24 ribu per kg. Harga asli telur hanya Rp23 ribu per kg. Karena transportasi, bongkar muat dan packing ditanggung oleh Dishanpan, maka bisa dijual Rp23 ribu per kg. Sedangkan di pasaran Rp26-27 ribu per kg.
Ditambahkan, untuk bahan pokok lain seperti beras, juga mendapat fasilitas distribusi dari Pemprov Jawa Tengah, sehingga kemanfaatannya GPM bisa diperoleh masyarakat. Kegiatan itu selain diadakan di desa miskin dan kering, juga diadakan di pabrik seperti di Kudus, Pati, Tegal, dan lainnya.
“Kami sampai bulan September ini, kami sudah melaksanakan ada 395 kali GPM di Jawa Tengah. Kami prioritas utama di desa miskin dan kering. Sebanyak 395 kali, hasil penjualan kami untung Rp26,7 miliar. Luar biasa,” ujarnya.
Rini melihat antusias masyarakat yang luar biasa, di mana mereka berbondong-bondong berbelanja hingga barang habis semua. Dalam sekali kegiatan GPM, omzetnya sekitar Rp100 juta-Rp150 juta.
“Kalau harga memang sudah mengikuti pasar (kenaikan harga). Dengan harga (harga naik) itu, pemerintah hadir, mengerem kenaikan harga dengan mengadakan GPM. Jadi ini bentuk intervensi pemerintah karena masyarakat bisa mengakses pangan di era pasar yang mahal,” ucapnya.
Menurut dia, pemerintah hadir untuk mengerem harga pasar yang tinggi, dengan mengadakan GPM. Ini sebagai bentuk intervensi pemerintah agar masyarakat bisa menjangkau harga.
Rini juga menuturkan, pihaknya berharap masyarakat melirik pangan lokal. Pemprov membantu dan mendampingi produsen pangan lokal, supaya lebih aktif lagi mengembangkan produknya agar lebih dikenal di masyarakat. Pihaknya membantu mempromosikan pula.
Dengan produk yang sudah bersaing di pasaran adalah beras jagung, beras singkong, mi mocaf, dan produk lain. “Kami menyiapkan banyak produk yang dapat dibeli dari masyarakat. Rasanya juga enak,” tuturnya.
Seorang warga, Retno mengaku masyarakat senang adanya kegiatan pasar murah, karena harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan di pasaran.
Ini beras beda dengan yang lainnya. “Di pasaran Rp13 ribu per kg untuk beras. Senang. Beras saat ini mahal. Sangat terbantu harganya (di GPM),” kata Retno.
Warga lainnya, Sri Retno Sulistyo Wati mengatakan, saat ini harga beras di pasaran Rp14-15 ribu per kg. Di kegiatan ini, pada stan bulog, ia bisa mendapatkan harga beras Rp51.500 per 5 kg.
“Harga sudah miring. Kalau bisa harga lebih rendah lagi. Harapannya ke depannya bisa beli lebih banyak,” ujarnya. (R)