24 C
Medan
Minggu, Oktober 6, 2024

Angka Kematian Ibu di RI Tinggi, Kemenkes Ungkap Pemicu Terbanyak

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Angka kematian ibu, disorot dalam debat capres kelima yang diselenggarakan di Jakarta, Minggu (4/2/2024).

Angka kematian ibu didefinisikan sebagai kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan.

Di Indonesia, angka kematian ibu masih cenderung tinggi. Berdasarkan catatan Sensus Penduduk 2020, angka kematian ibu melahirkan mencapai 189 per 100 ribu kelahiran hidup.

Angka tersebut membuat Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi di ASEAN dalam hal kematian ibu, jauh lebih tinggi daripada Malaysia, Brunei, Thailand, dan Vietnam.

Berdasarkan data dari Sistem Pencatatan Kematian Ibu pada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Maternal Perinatal Death Notification), jumlah kematian ibu pada tahun 2022 mencapai 4.005.

Angka ini meningkat di tahun 2023 menjadi 4.129 kematian ibu. “Penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah hipertensi dalam kehamilan, biasa kami sebut dengan preeklamsia dan perdarahan yang sebenarnya ini bisa dicegah,” kata Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI dr Lovely Daisy MKM saat memberi keterangan kepada media di Jakarta.

Perdarahan pada persalinan menjadi salah satu penyebab kematian ibu hamil yang paling sering terjadi.

Perdarahan ini terjadi akibat komplikasi saat persalinan. Hal ini dapat terjadi dalam waktu 1 hari hingga 1 minggu pasca bersalin.

“Sementara itu, preeklamsia adalah tekanan darah tinggi pada ibu hamil yang bisa memicu kerusakan organ. Kondisi ini sangat berbahaya dan harus segera ditangani. Jika terlambat, nyawa ibu dan janin tidak dapat tertolong,” jelasnya.

Sejumlah masalah kesehatan yang dialami oleh ibu hamil juga meningkatkan risiko kematian saat persalinan.

Beberapa di antaranya adalah 48,9 persen ibu hamil dengan anemia, 12,7 persen dengan hipertensi, 17,3 persen kurang energi kronik dan 28 persen dengan risiko komplikasi. (R3)

Berita Lainnya

Berita Terbaru