Jakarta (buseronline.com) – Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Ahmad Tholabi Kharlie menegaskan bahwa ibadah puasa yang mabrur tidak hanya membentuk individu yang saleh, tetapi juga memiliki dampak positif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini disampaikannya dalam khotbah Salat Idulfitri tingkat kenegaraan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin.
“Harapan bagi terwujudnya baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, negeri yang makmur dan diberkahi, harus kita perjuangkan secara kontinu, konsisten, dan bersungguh-sungguh dengan spirit menghadirkan kebaikan bersama,” ujar Tholabi.
Menurut Wakil Rektor Bidang Akademik UIN Jakarta ini, berbagai ritual selama Ramadan memiliki dimensi personal sekaligus sosial. Puasa, menurutnya, melahirkan jiwa yang autentik yang diwujudkan melalui pikiran dan tindakan yang berorientasi pada kebaikan bersama.
“Puasa melahirkan pribadi-pribadi yang menghargai proses penempaan. Puasa akan membentuk pribadi, kelompok masyarakat, bahkan negara menjadi lebih baik,” tegasnya.
Selain itu, Tholabi menyoroti pentingnya instrumen zakat, infak, dan sedekah sebagai bentuk kedermawanan dalam Islam yang memperkuat solidaritas sosial dan menciptakan keadilan ekonomi.
“Kedermawanan dalam Islam memberi pesan penting tentang spirit kebersamaan, gotong-royong, dan keberpihakan,” katanya.
Ia juga menekankan bahwa sejumlah tradisi Ramadan, seperti tadarus bersama, buka bersama, dan tarawih bersama, memberi pesan penting tentang kohesivitas di tengah masyarakat.
Menurutnya, kebersamaan dalam ritual Ramadan mengajarkan bahwa keberkahan dapat dihasilkan dari persatuan dan kebersamaan.
“Amaliah Ramadan memberi pesan penting bahwa kohesivitas merupakan kata kerja, bukan sekadar kata-kata yang senantiasa harus diikhtiarkan secara sungguh-sungguh,” tambahnya.
Dalam konteks kebangsaan, Tholabi mengajak seluruh elemen bangsa untuk membangun persatuan melalui dialog dan mencari titik temu demi kemajuan Indonesia.
“Persatuan dibangun melalui percakapan dan dialog untuk mencari titik temu yang menjadi titik tumpu dalam mewujudkan kemajuan bangsa,” ujarnya.
Ia menutup khotbahnya dengan menegaskan bahwa spirit kemabruran Ramadan harus menjadi kompas bagi individu dalam membangun hubungan dengan Tuhan dan sesama.
“Spirit kemabruran puasa Ramadan harus jadi pemandu untuk mewujudkan relasi individu, baik di ruang privat maupun di ruang publik. Inilah sejatinya esensi Idul Fitri yang kita rayakan pada hari ini,” tandasnya.
Salat Idulfitri di Masjid Istiqlal dihadiri Presiden Prabowo Subianto, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Ketua MPR RI Ahmad Muzani, Menteri Agama Nasarudin Umar, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, para Menko, sejumlah menteri Kabinet Merah Putih, serta duta besar negara sahabat. (R)