Jakarta (buseronline.com) – Pemerintah Indonesia bergerak cepat dalam merespons kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap beberapa negara mitranya, termasuk Indonesia. Langkah ini diambil untuk menjaga stabilitas ekspor dan memperkuat hubungan dagang bilateral yang lebih seimbang.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam keterangan resminya pada Kamis (1/5/2025), menjelaskan bahwa Indonesia telah segera mengajukan proposal konkret kepada pemerintah AS. Surat resmi telah dikirimkan kepada sejumlah lembaga pemerintah AS, termasuk United States Trade Representative (USTR), Departemen Perdagangan AS (US Commerce), dan Departemen Keuangan AS (US Treasury). Airlangga menyampaikan bahwa respons yang diterima Indonesia sangat positif.
“Indonesia merespons cepat. Kita berkirim surat kepada Pemerintah Amerika, baik itu ke USTR, ke US Commerce, bahkan terakhir kepada US Treasury. Dan respons Indonesia ternyata direspon positif oleh Amerika. Sehingga Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang diundang untuk dijadwalkan perbicaraan dengan Amerika,” ujar Airlangga.
Sebagai negara yang mengambil langkah cepat, Indonesia mendapat apresiasi dan menjadi salah satu negara pertama yang terlibat dalam pembahasan lebih lanjut dengan AS. Indonesia diundang untuk berdialog dan membahas solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.
Pemerintah Indonesia pun telah menyiapkan paket kebijakan yang terdiri dari langkah-langkah strategis, termasuk pembentukan satuan tugas khusus yang bertugas untuk menangani isu tersebut secara langsung.
Langkah ini juga didorong oleh upaya memperkuat komunikasi dengan negara mitra strategis lainnya, seperti Malaysia, Singapura, Uni Eropa, dan China, yang memiliki pengaruh besar dalam perdagangan global.
Proposal yang diajukan Indonesia dinilai komprehensif dan adil (comprehensive and fair), dengan mencakup revitalisasi perjanjian dagang yang telah ada, termasuk Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) antara Indonesia dan AS serta ASEAN-AS.
Dalam proposal tersebut, Indonesia juga menawarkan format perjanjian dua arah yang bertujuan untuk memperkuat dan menyeimbangkan hubungan ekonomi bilateral.
Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia juga tengah mendorong diversifikasi pasar ekspor. Meskipun AS tetap menjadi mitra dagang utama, Indonesia kini semakin fokus pada Eropa sebagai pasar strategis berikutnya.
Salah satu langkah konkret dalam hal ini adalah percepatan penyelesaian perjanjian Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), yang diharapkan dapat memberikan akses yang lebih luas bagi produk Indonesia di pasar Eropa.
Selain itu, Indonesia juga terus mendorong reformasi dalam negeri yang sejalan dengan proses aksesi ke Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) serta Kemitraan Trans-Pasifik Komprehensif dan Progresif (CPTPP).
Langkah-langkah ini diyakini akan membuka lebih banyak peluang bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
Dengan langkah-langkah proaktif ini, Indonesia berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi dan memperkuat posisi di panggung perdagangan internasional, sambil terus menjalin hubungan ekonomi yang saling menguntungkan dengan mitra-mitranya. (R)