Jakarta (buseronline.com) – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin secara resmi meluncurkan program Desa Siaga TBC pada Jumat, sebagai langkah konkret untuk menanggulangi penyakit tuberkulosis (TBC) yang masih menjadi ancaman serius di Indonesia.
Peluncuran ini bertujuan untuk memperkuat deteksi dini, pengobatan, dan pemantauan pasien TBC di tingkat masyarakat, guna menekan angka penularan dan kematian akibat penyakit ini.
Dalam sambutannya, Menkes Budi mengingatkan bahwa TBC adalah salah satu penyakit mematikan yang telah mengancam manusia selama ribuan tahun. Berdasarkan data terbaru, TBC masih menewaskan lebih dari satu juta orang setiap tahun di seluruh dunia, atau setara dengan dua kematian setiap menit.
“Di Indonesia sendiri, diperkirakan ada satu juta orang yang baru tertular TBC setiap tahun, dan 125 ribu di antaranya meninggal dunia. Artinya, setiap empat menit ada satu warga Indonesia yang meninggal karena TBC,” ujar Menkes Budi.
Ia menambahkan bahwa meski penyakit ini bisa disembuhkan karena obatnya tersedia, penularannya yang melalui saluran pernapasan, mirip dengan COVID-19, membuat deteksi dini sangat penting untuk menghentikan penyebaran.
Pada kesempatan tersebut, Menkes Budi menyampaikan tiga pesan utama kepada para kader kesehatan untuk memastikan program ini berjalan efektif:
1. Menemukan Seluruh Pasien TBC di Masyarakat
Menkes menargetkan pada tahun ini setidaknya satu juta kasus TBC dapat ditemukan. Hingga saat ini, sekitar 800 ribu kasus telah terdeteksi. “Kader harus bantu temukan sisanya,” tegas Menkes, seraya meminta para kader untuk lebih aktif dalam melakukan deteksi di lapangan.
2. Segera Berikan Pengobatan kepada Pasien yang Teridentifikasi
Setelah terdeteksi, pasien harus langsung diberikan pengobatan tanpa penundaan. “Jangan ditunda. Jangan dirujuk ke rumah sakit, langsung diberi obat. Ini penting agar mereka tidak menularkan ke orang lain,” ujar Menkes dengan tegas.
3. Pantau Kepatuhan Pasien dalam Menjalani Pengobatan
Menkes mengingatkan pentingnya pengawasan selama masa pengobatan yang biasanya memakan waktu berbulan-bulan. “Kalau pengobatan dihentikan di tengah jalan, pasien bisa menjadi resisten terhadap obat. Kalau sudah resisten, pengobatannya lebih susah dan lebih mahal,” katanya.
Selain Menkes, Kepala Kantor Komunikasi Presiden (PCO) Hasan Hasbi juga menekankan pentingnya kesehatan masyarakat sebagai fondasi menuju Indonesia Emas 2045.
Ia menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto sangat fokus pada pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang sehat dan produktif.
“Jangan sampai usianya emas, tapi generasinya tidak. Kita harus pastikan generasi kita sehat, bebas dari penyakit seperti TBC,” ujar Hasan.
Wakil Menteri Dalam Negeri Ribka Haluk menambahkan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah untuk memastikan pengendalian TBC berjalan merata hingga tingkat desa dan kelurahan.
“Di tingkat desa, sudah ada komitmen dan anggaran. Di kelurahan juga harus ada, supaya pengendalian TBC berjalan merata,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Ahmad Riza Patria mengatakan Kementerian Desa telah mengalokasikan dana desa sebesar Rp400 juta hingga Rp1 M per desa, yang sebagian bisa digunakan untuk penanggulangan TBC dan stunting.
“Mulai hari ini, kita harus pastikan tidak ada lagi TBC di Jakarta. Ini kerja bersama semua elemen,” ujarnya.
Di akhir acara, Menkes Budi Gunadi Sadikin, Hasan Hasbi, Ribka Haluk, dan Ahmad Riza Patria secara resmi meluncurkan Gerakan Bersama Penguatan Desa dan Kelurahan Siaga Tuberkulosis secara nasional, menandai dimulainya upaya kolektif untuk memberantas TBC di seluruh Indonesia.
Gerakan ini diharapkan mampu menggerakkan seluruh elemen masyarakat untuk bekerja sama dalam mendeteksi, mengobati, dan mengawasi pasien TBC, demi tercapainya Indonesia yang bebas TBC pada masa mendatang. (R)
