Jakarta (buseronline.com) – Pengeluaran rumah tangga untuk rokok dan tembakau di Indonesia hampir setara dengan belanja protein hewani.
Hal ini diungkapkan Dirjen Kesehatan Primer dan Komunitas, dr Maria Endang Sumiwi, berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023.
Data menunjukkan bahwa pada kelompok ekonomi terbawah (kuintil 1), pengeluaran untuk rokok mencapai 11,54%, sementara untuk protein hewani seperti ikan, daging, dan susu sebesar 14,83%.
Tren serupa juga terjadi pada kelompok ekonomi lainnya, di mana belanja rokok di kuintil 3 hingga 4 bahkan mencapai 14,17% hingga 14,30%, mendekati belanja protein hewani yang berkisar 17% hingga 18%.
“Ini menjadi perhatian serius karena pengeluaran untuk rokok hampir menyamai belanja kebutuhan protein yang sangat penting bagi kesehatan masyarakat,” ujar dr Endang dalam Konferensi Pers Hari Gizi Nasional 2025 di Jakarta, Selasa (21/1/2025).
Selain tingginya belanja rokok, Kementerian Kesehatan juga menyoroti berbagai tantangan gizi yang dihadapi masyarakat.
Data terbaru menunjukkan bahwa stunting pada balita masih tinggi, yaitu 21,5%. Selain itu, gizi kurang pada balita mencapai 8,5%, sementara anemia pada remaja tercatat 16,3% dan pada ibu hamil sebesar 27,7%.
“Kami juga menghadapi masalah overweight dan obesitas yang semakin meningkat, baik pada remaja maupun orang dewasa,” tambah dr Endang.
Konsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat juga menjadi sorotan. Saat ini, konsumsi minuman manis di Indonesia mencapai 52%, makanan asin 32%, makanan instan 11%, dan penggunaan penyedap rasa 78%. Yang lebih mengkhawatirkan, sekitar 65% masyarakat cenderung tidak sarapan setiap hari.
Sebagai langkah perbaikan gizi masyarakat, pemerintah melalui program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus berupaya meningkatkan konsumsi makanan sehat, terutama di kalangan anak-anak dan remaja.
Selain itu, Presiden RI Prabowo Subianto telah membentuk Badan Gizi Nasional (BGN), yang bertugas mengawal pemenuhan gizi nasional dengan berkolaborasi dengan berbagai kementerian terkait.
Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Ir Doddy Izwardy, menekankan pentingnya sinergi dalam upaya percepatan pemenuhan gizi, terutama untuk memutus rantai stunting.
“Upaya pencegahan stunting harus dilakukan secara berkelanjutan, karena ini berkaitan dengan cita-cita Indonesia Emas 2045 dan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) 2030,” ujar Doddy.
Tahun ini, Indonesia memperingati Hari Gizi Nasional (HGN) ke-65 pada 25 Januari 2025, dengan tema “Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat.”
Peringatan ini diharapkan menjadi momentum bagi masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya pola makan sehat dan gizi seimbang dalam kehidupan sehari-hari.
“Masyarakat perlu lebih bijak dalam memilih makanan, seperti mengganti minuman berpemanis dengan jus tanpa gula, serta mengurangi konsumsi makanan tinggi gula dan lemak,” pungkas dr Endang.
Pemerintah berharap berbagai program dan kebijakan yang diterapkan dapat mempercepat perbaikan status gizi masyarakat Indonesia demi mewujudkan generasi yang sehat dan berkualitas di masa depan. (R)