![](https://buseronline.com/wp-content/uploads/2024/11/natal.jpeg)
Medan (buseronline.com) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Medan mencatat adanya 36 kasus kusta yang terdeteksi dalam kurun waktu 2023 hingga 2024. Meski masih menjadi tantangan, Dinkes tetap optimistis dapat mencapai target eliminasi kusta pada tahun 2030.
Kabid Pencegahan Penyakit Menular (P2P) Dinkes Kota Medan, dr Pocut Fatimah Fitri, menegaskan bahwa pihaknya akan terus berupaya mengendalikan penyebaran penyakit ini.
“Eliminasi kusta tetap diusahakan,” ujar Pocut saat menerima audiensi Forum Wartawan Kesehatan (Forwakes) di Kantor Dinkes Medan, Senin.
Dari total 36 kasus yang teridentifikasi, sebanyak 22 kasus ditemukan pada tahun 2023, sementara 12 kasus lainnya terdeteksi pada 2024.
Pocut menjelaskan bahwa sebagian penderita telah menyelesaikan pengobatan, sedangkan sisanya masih dalam proses perawatan.
Pocut menyebut bahwa penularan kusta, yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, cukup kompleks karena memerlukan kontak erat dalam waktu lama dengan penderita. Selain itu, penyakit ini kerap menimbulkan stigma dan diskriminasi di lingkungan sosial, yang membuat banyak penderita enggan terbuka mengenai kondisinya.
“Banyak penderita merasa malu jika penyakitnya diketahui orang lain,” ujarnya.
Ia juga menyoroti bahwa sebagian penderita kusta yang terlihat di jalanan sebenarnya merupakan mantan pasien yang telah menjalani pengobatan, tetapi mengalami kecacatan permanen yang tidak bisa dipulihkan. Umumnya, mereka adalah pendatang, bukan warga asli Medan.
“Kusta ini menjadi masalah sosial. Jika mereka berjualan, banyak orang takut berinteraksi, sehingga sulit bagi mereka mendapatkan penghasilan,” tambahnya.
Sekretaris Dinkes Kota Medan, Helena Rugun Nainggolan, menegaskan bahwa dalam menangani penyakit kusta, pihaknya terus berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
“Kami fokus pada penyediaan obat dan deteksi dini, karena pengobatan kusta membutuhkan waktu yang lama,” ujarnya.
Menurut Helena, pendekatan dalam penanganan kusta mirip dengan tuberkulosis (TB), di mana perhatian tidak hanya diberikan kepada pasien, tetapi juga kepada orang-orang di sekitarnya untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
“Jika ada kasus, kami langsung bergerak, bukan hanya untuk pasien, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Ada obat khusus yang diberikan untuk mencegah penularan,” jelasnya.
Pemerintah Indonesia menargetkan eliminasi penyakit tropis terabaikan, termasuk kusta dan filariasis, pada tahun 2030. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan pengobatan terus diperkuat demi mencapai target tersebut. (R)