Jakarta (buseronline.com) – Kementerian Agama (Kemenag), Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), dan sejumlah Lembaga Amil Zakat (LAZ) tengah memfinalisasi pedoman program beasiswa zakat untuk ratusan mahasiswa. Program ini dirancang sebagai upaya pemberdayaan mustahik secara berkelanjutan, mencakup biaya kuliah, biaya hidup, transportasi, buku, alat tulis, dan pembinaan selama masa studi.
Pedoman Pendaftaran dan Pedoman Umum untuk program beasiswa ini sedang dalam tahap finalisasi. Penyusunan pedoman ini melibatkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Agama dan Keagamaan (Puspenma), Tim Dewan Penyantun dari BAZNAS, LAZ, serta Kemenag. Tujuannya untuk memastikan seluruh mekanisme berjalan tertib, akuntabel, dan berpihak kepada penerima manfaat.
Menurut Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Abu Rokhmad, program ini tidak hanya sekadar bantuan biaya pendidikan, tetapi juga langkah nyata untuk meningkatkan kualitas hidup mustahik. “Zakat mesti didayagunakan secara produktif, bukan sekadar distribusi bantuan, melainkan langkah konkret untuk mengubah nasib umat,” ujarnya dalam kegiatan Finalisasi Pedoman Beasiswa Zakat di Jakarta, Kamis.
Abu menjelaskan bahwa Kemenag saat ini sedang memperkuat strategi komunikasi dan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan 11 perguruan tinggi negeri unggulan, seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Langkah ini dilakukan untuk memastikan lebih banyak mustahik yang dapat mengakses pendidikan tinggi berkualitas.
“Kami menargetkan sinergi dengan 11 perguruan tinggi negeri untuk memperluas akses pendidikan bagi mustahik. Ini termasuk penyusunan Nota Kesepahaman yang adaptif terhadap kebutuhan mahasiswa, seperti kebijakan keringanan biaya dan akselerasi studi,” jelasnya.
Untuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), pola kerja sama juga sedang dievaluasi untuk menentukan apakah perlu perjanjian baru atau cukup dengan pendekatan koordinatif.
Tahapan seleksi administrasi dan wawancara dijadwalkan berlangsung pada Juli 2025, dengan melibatkan tim penguji dari berbagai unsur, termasuk BAZNAS, LAZ, UIN, dan Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kemenag. Untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi, proses seleksi akan menggunakan teknologi digital, termasuk ruang Zoom, sehingga dapat diakses dari berbagai daerah.
Orientasi penerima beasiswa direncanakan pada Agustus 2025, dengan harapan peresmian program ini akan dihadiri oleh Menteri Agama dan Menteri Pendidikan, Riset, dan Teknologi. Kehadiran kedua menteri ini diharapkan memperkuat pesan bahwa zakat bukan sekadar instrumen sosial-keagamaan, tetapi juga investasi strategis dalam pengembangan sumber daya manusia.
“Zakat harus menjadi langkah nyata untuk mengubah kehidupan, bukan sekadar bantuan sesaat,” pungkas Abu.
BAZNAS dan mitra LAZ juga diharapkan segera memfinalisasi kuota serta kesiapan sumber pendanaan yang telah masuk dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT). Hal ini penting untuk memastikan program beasiswa berjalan sesuai target, tanpa hambatan anggaran.
Ke depan, program ini diharapkan tidak hanya meringankan beban biaya pendidikan mahasiswa mustahik, tetapi juga menjadi salah satu cara mengoptimalkan potensi zakat sebagai sumber daya ekonomi yang berkelanjutan. (R)
