Karo (buseronline.com) – Secara umum, value added merupakan nilai ekonomi yang ditambahkan ke suatu produk atau jasa yang ditawarkan pada konsumen. Penambahan nilai ini sangat penting untuk membuat produk atau jasa terlihat lebih berkualitas dan unggul sehingga perusahaan bisa meningkatkan harga jual.
Desa Barusjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumut, penghasil komoditas hortikultura salah satunya kentang. Selain memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi menjadikan sayuran sebagai komoditas yang potensial untuk diusahakan.
Dosen Universitas Quality Berastagi (UQB) Elvin Desi Martauli SPt MSi, Ir Seringena Karo MSi dan Mahasiswa MBKM Desa Barusjahe Wina Duwi Lara, Emilia Sari Milala dan Irene Natasia Barus melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan judul kegiatan “Pelatihan Pembuatan Churros Kentang Bagi Masyarakat di Desa Barusjahe Kabupaten Karo”.
Pelatihan itu diikuti peserta ibu-ibu PKK di Desa Barusjahe, Rabu (12/7/2023). Kegiatan tersebut merupakan bentuk nyata pelaksanaan tridharma yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Kegiatan pengabdian ini dilatarbelakangi kondisi Desa Barusjahe sebagai salah satu desa penghasil kentang di Kabupaten Karo.
Selama ini, kentang masih dijual dalam bentuk mentah tanpa adanya pengolahan untuk meningkatan nilai tambah produk kentang. Padahal jika kentang diolah, maka nilai jual akan lebih tinggi.
“Oleh karena itu, tim pengabdian berinisiatif memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada ibu-ibu PKK dapat memanfaatkan komoditas kentang di olah menjadi churros kentang,” kata Elvin Desi Martauli selaku ketua pengabdian.
Kegiatan pengabdian ini diikuti anggota tim pengabdian (dosen dan mahasiswa MBKM KKN-T) dan ibu-ibu PKK sebanyak 25 orang.
Diharapkan melalui kegiatan ini, ibu-ibu PKK mendapatkan keterampilan sehingga dapat memanfaatkan kentang untuk menjadi produk bernilai tambah yang akan mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga selain sebagai petani oleh ibu-ibu PKK yang hadir. (W3)