28 C
Medan
Rabu, November 27, 2024

Pakar Sebut Disease X Sudah ‘OTW’, Kemenkes RI Siap Antisipasi?

Berita HariIni

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -

Jakarta (buseronline.com) – Baru-baru ini warga dunia dibuat geger oleh kemunculan ‘Disease X’.

Disease X adalah sebutan yang digunakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk merujuk pada wabah pandemi yang baru.

Seorang pakar vaksin di Inggris, Dame Kate Bingham, menganalisa potensi dari Disease X.

Menurutnya, penyakit baru tersebut bisa tujuh kali lebih mematikan dibanding Covid-19.

Karenanya, ia memprediksikan Disease X dapat menyebabkan setidaknya 50 juta kematian orang di dunia.

“Saat ini, kita memperkirakan jumlah kematian yang sama disebabkan oleh salah satu dari sekian banyak virus yang sudah ada. Saat ini, terdapat lebih banyak virus yang sibuk bereplikasi dan bermutasi dibandingkan gabungan semua bentuk kehidupan lain di planet kita,” kata Dame dalam pernyataannya di tabloid Express.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi MEpid mengatakan bukannya tidak mungkin Disease X bisa ‘berkelana’ hingga ke Indonesia.

Sebab, perkembangan teknologi dan zaman membuat virus penyakit dapat berpindah dengan lebih cepat.

“Penyakit itu tidak mengenal batas wilayah, batas negara, batas kabupaten. Kemudian mobilitas orang yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain itu juga memudahkan perpindahan penyakit dari satu negara ke negara lain. Berbeda zaman dulu orang berbulan-bulan naik kapal untuk bisa sampai ke suatu daerah. Tapi sekarang ini dalam hitungan jam orang bisa sampai ke negara lain, bahkan berpindah ke daerah lain,” ujar dr Siti saat memberi keterangan kepada media di Jakarta.

Meski begitu, dr Siti Nadia menuturkan Indonesia sendiri sudah mempersiapkan berbagai langkah guna mengantisipasi kemunculan pandemi baru.

“Kita tetap terus diminta kesiapsiagaan pandemi bukan hanya untuk melihat Covid-19. WHO meminta 2023 sampai 2025, dibuatkan rencana strategi menanggapi Covid-19 dikarenakan memang artinya kita belum pada tahap aman,” ujarnya lanjut.

“Kita nggak tahu karena sekarang sudah ada omicron, terus ada macam-macam. Jadi kita tetap diminta kesiapsiagaan pandemi untuk melihat perkembangan virus,” jelas dr Siti.

Selain itu, dr Siti Nadia juga mengatakan Indonesia terus menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk memantau perkembangan virus di berbagai belahan dunia.

“Salah satunya adalah kenapa kita ada surveillance genomic. Saat ini kan sudah banyak sekali mesin PCR, kemudian kita tahu (ada) biogenomic initiative yang kita gunakan untuk memantau surveillance virus. Kita juga mendorong kemarin di G20 untuk semua negara saling bertukar informasi tentang mutasi virus. Sehingga kalau ada keanehan virus pada tempat lain, kemudian bisa dideteksi dan saling tukar menukar pola virus yang sama,” tutup dr Siti Nadia kepada media. (R3)

Berita Lainnya

Berita Terbaru