Medan (buseronline.com) – Sebanyak 103.962 anak di Sumatera Utara belum menerima imunisasi dasar (Zero-Dose), menjadikan provinsi ini sebagai salah satu daerah dengan angka Zero-Dose tertinggi di Indonesia.
Kondisi ini meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular seperti Difteri, Pertusis, dan Tetanus yang dapat berakibat fatal.
Sebagai langkah strategis untuk mengejar ketertinggalan cakupan imunisasi, Dinas Kesehatan Provinsi Sumut dengan dukungan UNICEF, menggelar lokakarya Public-Private Mix guna memperkuat sinergi antara fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta.
Lima kabupaten/kota dengan jumlah anak Zero-Dose tertinggi, Medan, Deliserdang, Langkat, Simalungun, dan Serdang Bedagai, menjadi fokus utama program ini.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2M) Dinas Kesehatan Sumut Novita Saragih menegaskan pentingnya peningkatan cakupan imunisasi.
“Jika cakupan imunisasi tidak ditingkatkan, jumlah anak yang rentan terhadap penyakit menular akan terus bertambah. Hingga triwulan pertama 2025, Sumut telah mencatat empat Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri dan satu KLB pertusis. Ini harus menjadi alarm bagi semua pihak,” ujarnya saat lokakarya di Kantor Gubernur Sumut.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Dinas Kesehatan menggandeng rumah sakit dan klinik swasta agar layanan imunisasi dapat diperluas dan ditingkatkan sesuai standar.
Langkah ini juga bertujuan memastikan bahwa anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi memiliki akses yang lebih luas terhadap layanan kesehatan berkualitas.
Dalam lokakarya tersebut, Prof dr Ayodhia Pitaloka Pasaribu MKed (Ped) SpA (K) PhD dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumut menekankan bahwa imunisasi merupakan perlindungan utama terhadap penyakit menular yang dapat dicegah.
“Imunisasi adalah langkah preventif terbaik. Kita sudah melihat manfaat vaksin saat pandemi Covid-19. Jika cakupan imunisasi rendah, kita akan kembali menghadapi wabah penyakit yang seharusnya sudah terkendali,” jelasnya.
Menurutnya, dokter spesialis anak memiliki peran strategis dalam memberikan edukasi kepada orang tua agar tidak ragu membawa anak mereka untuk imunisasi.
“Orang tua harus memahami bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Imunisasi bukan hanya perlindungan bagi anak sendiri, tetapi juga bagi masyarakat secara luas,” tegasnya.
Dukungan UNICEF dalam program ini bertujuan memastikan setiap anak di Sumut mendapatkan haknya untuk terlindungi dari penyakit menular. Perwakilan UNICEF, dr Dita Ramadonna MSc menegaskan bahwa imunisasi adalah bagian dari pemenuhan hak dasar anak.
“Pemerintah dan orang tua memiliki tanggung jawab bersama untuk memastikan anak-anak mendapat perlindungan optimal melalui imunisasi. Ini adalah investasi bagi masa depan generasi Indonesia Emas 2045,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Sumut H Muhammad Faisal Hasrimy menegaskan bahwa keberhasilan program imunisasi tidak hanya bergantung pada pemerintah, tetapi juga pada keterlibatan sektor swasta dan masyarakat.
“Tanpa kolaborasi yang kuat, target cakupan imunisasi yang optimal sulit dicapai. Workshop ini diharapkan menjadi wadah untuk berbagi pengalaman, menemukan solusi inovatif, dan menyusun strategi bersama guna melindungi generasi mendatang,” tuturnya.
Melalui langkah strategis ini, diharapkan cakupan imunisasi di Provinsi Sumut meningkat signifikan, memastikan anak-anak terlindungi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. (P3)